Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ransomware di Era Digital: Mengamankan Data di Dunia yang Saling Terhubung
22 Agustus 2023 8:29 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Triokta Pela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era digital saat ini, internet menjadi hal yang dapat mempermudah masyarakat dalam melakukan pencarian informasi, berinteraksi serta mendapatkan hal baru untuk dapat di pelajari.
ADVERTISEMENT
Penggunaan internet saat ini dapat dilakukan dengan menggunakan komputer, laptop dan telepon genggam. Melalui perkembangan teknologi ini pula muncul istilah Keamanan Siber yang mengacu kepada keamanan dalam dunia maya.
Keamanan Siber adalah kumpulan alat, kebijakan, konsep keamanan, perlindungan keamanan, pedoman,pendekatan manajemen risiko, tindakan, pelatihan, praktik terbaik, jaminan dan teknologi yang dapat digunakan untuk melindungi lingkungan Siber dan organisasi dan aset pengguna.
Keamanan Siber lebih lanjut dimaknai sebagai semua mekanisme yang dilakukan untuk melindungi dan meminimalkan gangguan kerahasiaan, integritas, dan ketersedian informasi (Makarim).
Apa itu Ransomware?
Ransomware adalah jenis malicious software yang menuntuk tebusan finansial dari korban dengan melakukan penahanan pada aset atau data yang bersifat pribadi. Kegiatan ini dilakukan oleh threat actor dengan memanfaatkan korban untuk mendapatkan keuntungan finansial.
ADVERTISEMENT
Badan Siber dan Sandi Negara, mengidentifikasi empat jenis ransomware yaitu Crypto Ransomware (melakukan enkripsi pada dokumen), Locker Ransomware (melakukan enkripsi pada seluruh sistem), Scareware (memunculkan pop-up untuk menawarkan solusi terkait data enkripsi, dan Doxware (melakukan pencurian data dan mengancam akan dipublikasikan).
Pada praktiknya, Threat actor melakukan pembatasan atas data individu atau organisasi untuk mengakses melalui malware. Hal ini terjadi melalui perangkat lunak dengan data yang sudah terenkripsi di dalamnya.
Threat actor akan memberikan kembali akses terhadap data setelah “ransom” yang mereka inginkan sudah dipenuhi. Hal ini menjadi rumit ketika akses ke data kesehatan terdampak oleh aksi threat actor.
Pada tahun 2017 lalu dunia dihebohkan serangan malware WannaCry. Setidaknya 150 negara dunia terdampak. Tidak hanya itu, Malware ini berhasil melakukan peretasan terhadap 200.000 perangkat.
ADVERTISEMENT
Malware ini dikirim melalui surat elektronik. Penerima surat elektronik kemudian tertipu untuk membuka cantuman di dalam surat tersebut dan mengakibatkan malware masuk ke dalam sistem perangkat yang digunakan penerima.
Salah satu korban yang terdampak adalah National Health Service di Inggris. Sebanyak 81 National Health Service dikabarkan terinfeksi malware ini. Hal ini mengakibatkan aktivitas rumah sakit terganggu (Acronis 2020).
Asia Tenggara termasuk tujuan dari threat actor dalam melakukan aksinya. Tercatat bahwa Indonesia beberapa kali menjadi korban ransomware. Seperti Inggris, sektor kesehatan terdampak malware WannaCry di tahun 2017 lalu. Rumah sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Dharmais. Malware ini kemudian mengunci atau mengenkripsi semua data rumah sakit.
Kemudian apa yang dapat kita lakukan?
Di era digitalisasi saat ini, masyarakat tidak lepas dari penggunaan perangkat elektronik dalam setiap kegiatannya. Khususnya pelajar dan mahasiswa, sangat erat kaitannya dengan perangkat elektronik seperti penggunaan telepon genggam untuk berkomunikasi dan komputer untuk melakukan kegiatan belajar.
Lakukan pencegahan sejak dini dengan:
ADVERTISEMENT
Data dapat disimpan secara online dan offline agar keamanan data terjaga.
Dengan tidak mengunjungi situs yang tidak dapat dipercaya. Hindari untuk membuka cantuman surat elektronik yang berasal dari sumber tidak dikenal.
Pastikan vendor yang bekerja sama memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan tindakan keamanan pada sistem anda (BSSN, PUSOPSKAMSINAS n.d.).