news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Waspada Ambliopia pada Anak

Tristira Urvina, dr
Resident of Ophthalmology Universitas Airlangga Writting Enthusiasm
Konten dari Pengguna
29 November 2022 15:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tristira Urvina, dr tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penglihatan merupakan salah satu indra yang penting. Selain untuk melihat, fungsi indra penglihatan yang normal juga berpengaruh terhadap kualitas hidup. Perkembangan penglihatan dimulai sejak lahir. Tentunya, kegagalan dalam proses perkembangannya juga akan berpengaruh besar terhadap kehidupan anak pada masa-masa selanjutnya.
ADVERTISEMENT
World Children Day yang diperingati pada tanggal 20 November adalah momen yang tepat untuk mengupas tentang kesehatan mata pada anak. Salah satu penyakit mata anak yang angka kasusnya kecil namun efek jangka panjangnya cukup besar adalah ambliopia atau mata malas. Data menunjukkan, 3 dari 100 anak berisiko mengalami ambliopia. Jika tidak terdeteksi dan diterapi sejak dini, ketajaman penglihatan yang kurang ini dapat berubah menjadi permanen.
Menjaga kesehatan mata anak. Foto: Shinagawa Eye Center
Ambliopia atau dikenal dengan istilah “mata malas” (lazy eye), adalah berkurangnya ketajaman penglihatan pada satu atau kedua mata yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata. Biasanya gangguan ini akan memengaruhi satu mata, akan tetapi dapat juga menyerang kedua mata. Yang perlu digaris bawahi adalah perkembangan penglihatan memiliki periode kritis, yang bila periode ini terlewat maka akan berakibat fatal.
ADVERTISEMENT
Periode kritis pertama yang paling menentukan ialah 6 bulan pertama kehidupan, kemudian mencapi puncak pada usia 2 tahun. Sesudah 5 tahun perkembangan mulai menurun dan akan berhenti pada usia 12 tahun. Perkembangan penglihatan yang kurang maksimal pada periode ini akan berakibat terjadinya penurunan fungsi penglihatan di kemudian hari.
Proses perekaman memori tentang apa yang dilihat terjadi di otak. Jika otak tidak menerima bayangan dengan jelas dari salah satu atau kedua mata setelah perkembangan otak, maka akan sulit untuk meningkatkan kemampuan penglihatan. Seiring berjalannya waktu, otak akan bergantung pada mata yang normal, sehingga penglihatan mata yang terganggu semakin memburuk. Oleh karena itu, penyakit ini dikenal sebagai mata malas, karena mata yang kuat memiliki penglihatan yang lebih baik. Walaupun memang manusia tidak bisa mengatur hal ini.
ADVERTISEMENT
Ambliopia dapat disebabkan karena mata juling atau strabismus, kelainan refraksi, perbedaan ukuran minus, plus atau silinder pada kedua mata yang cukup besar, dan kurangnya rangsangan pada periode kritis perkembangan penglihatan. Kelompok anak yang rentan mengalami ambliopia adalah anak dengan riwayat kelahiran prematur, kecil menurut usia kehamilan, perkembangan yang terhambat, dan adanya riwayat keluarga dengan ambliopia. Pada kelompok ini kemungkinan terjadi ambliopia meningkat sebesar empat kali lipat.
Anak-anak sering sulit menjelaskan keluhan yang dialami karena pada umumnya mereka belum dapat megekspresikan penglihatan yang berbeda. Pada anak dengan usia lebih besar, gejala yang sering dikeluhkan adalah sering memicingkan mata, memiringkan mata untuk melihat objek, duduk terlalu dekat dengan objek, menutup sebelah mata saat membaca, dan mengeluh sakit kepala. Keluhan ini akan lebih mudah terdeteksi bila terdapat kelainan yang dapat dilihat secara langsung, seperti pada mata juling yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya mata malas ini.
ADVERTISEMENT
Hampir seluruh ambliopia dapat dicegah dan bersifat reversibel. Namun, diperlukan terapi yang tepat dan deteksi dini untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Terapi yang diberikan adalah koreksi kacamata terbaik dan dapat ditambah terapi tempel (oklusi). Terapi oklusi ini diperlukan untuk melatih mata ambliopia lebih sering digunakan oleh korteks pada otak sehingga ketajaman penglihatan akan meningkat. Biasanya akan dilakukan penutupan pada mata sehat selama beberapa jam setiap hari saat beraktivitas dan akan dikontrol oleh dokter mata setiap tiga bulan.
Keberhasilan terapi bergantung kepada kepatuhan penderita, tingkat keparahan ambliopia, dan usia saat memulai terapi. Semakin dini ambliopia terdeteksi, tingkat keberhasilan juga semakin tinggi dan waktu terapi juga lebih singkat. Screening rutin dapat dilakukan saat anak berusia 6 bulan, 3 tahun, dan pada usia sekolah untuk memastikan perkembangan penglihatan anak dan mendeteksi sedini mungkin bila anak mengalami gangguan penglihatan.
ADVERTISEMENT
Sebagai orangtua atau seseorang yang berada di sekitar anak, kita perlu memberikan perhatian khusus terhadap ambliopia ini. Karena ambliopia merupakan penyakit yang akan berkembang seiring bertambahnya usia. Terutama pada anak-anak dengan ukuran kacamata minus yang besar. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat, ambliopia dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti penurunan tajam penglihatan seumur hidup, penurunan sensitivitas kontras, gangguan deteksi kontur, dan gangguan penglihatan binokuler kedua mata. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan akivitasnya. Tidak menutup kemungkinan, anak akan mengalami kesulitan dan penurunan kualitas hidup bila ambliopia yang terjadi tidak tertangani dengan baik pada periode emas perkembangan penglihatan.