Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Berbagi Pengalaman Saat Merantau Dan Berkuliah
3 Juli 2023 6:49 WIB
Tulisan dari ADINDA TRIYULIA ASSYIFA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![foto: pexels.com](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01h4a8khxj9grxf9hd80hynegx.jpg)
ADVERTISEMENT
Hai, perkenalkan Saya syifa mahasiswa prodi sastra, jurusan sastra Indonesia . Saya akan sedikit menceritakan pengalaman saya saat merantau dan menjadi mahasiswa, Memasuki usia ke-18 pada tahun lalu merupakan pengalaman yang berbeda dalam hidupku. Ya, untuk pertama kalinya merantau ke kota yang jauh dari kota asalku, yaitu di Kota Tangerang Selatan, Banten. 6 September 2022 aku menginjakkan kakiku di Tangerang dan memulai fase baru dalam hidupku.
![foto: pexels.com](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01h4a8mppdbkbrr0aqw9ag2xwy.jpg)
Ya, fase yang benar-benar baru dalam hidupku, karena seumur hidupku aku tak pernah mondok, sekolahku mulai dari SD, SMP, dan SMA semuanya di dekat dengan rumahku, jadi sangat tidak memungkinkan bagiku untuk mempunyai pengalaman merantau. Nah, awal tahun lalu aku sudah mulai kuliah, Pada hari pertama aku tinggal di kos aku tentu sangat canggung karena harus bertemu dengan orang yang sebelumnya baru bertemu pertama kali pada hari itu juga. Itu merupakan pengalaman yang tak terlupakan bagiku. Hari-hari berikutnya aku sudah lebih enjoy. Pada pekan-pekan pertama perasaan homesick tentu ada karena merantau sama dengan meninggalkan zona nyaman. Jika Sebelumnya makan sudah disediakan, kini harus masak sendiri atau nyari makan di luar. Sebelumnya baju ada yang mencucikan, kini harus mencuci baju sendiri.
ADVERTISEMENT
Kini aku akui pada saat itu aku merasa keberatan, bawaannya ingin pulang. Tapi dari hal itu aku jadi belajar ternyata ini toh yang dirasakan ibuku setiap hari selama puluhan tahun, dan ia tak mengeluh di hadapan anak-anaknya selama ini. Tentu aku yang baru sebentar belajar merantau ini tentu lebih tidak layak untuk mengeluh.
soal makan Di perantauan ini aku memang diberikan uang saku yang bisa dibilang standar bagi diriku, yaitu sebesar seratus ribu sampai lima puluh ribu perminggu. Aku bebas menggunakan uang itu selama di perantauan. Namun aku segera tersadar bahwa biaya makan di Tangerang tak semurah yang kukira. Setidaknya perlu 20 ribuan sehari jika sarapan, makan siang, dan makan malam di luar. Kalo masak nasi sendiri bisa jadi lebih murah, 10 ribu sehari bisa. Pagi masak nasi, beli lauk 6 biji, sayur empat ribu bisa tuh tahan sampai malam, asal rajin aja ngangetin makanan.
ADVERTISEMENT
Pada saat berkuliah di hari pertama jujur perasaanku campur aduk, antara senang karena akan bertemu dengan teman baru dan tegang karena ini merupakan pengalaman pertamaku di bangku perkuliahan. Awal masuk kuliah disebut sebagai masa-masa transisi, dimana perubahan dari masa sekolah ke kuliah perlu dilakukan dengan penyesuaian diri.
Di bangku perkuliahan saya banyak bertemu dengan teman dari berbagai daerah,suku, dan Agama. Di kelasku ada salah satu teman yang beragama katolik, dan temanku yang berasal dari Aceh akupun bertemu dengan teman yang satu daerah denganku .
Mungkin memang tak mudah untuk merantau jauh dari keluarga. Tapi dengan ini kita bisa belajar untuk lebih mandiri dan tidak ketergantungan pada orang tua, menghadapi segala sesuatu secara lebih dewasa.
ADVERTISEMENT