Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
2,5 Juta Hektare Lahan Gambut di Indonesia Rusak Karena Karhutla
22 Januari 2019 0:15 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di Riau sendiri, Badan Restorasi Gambut (BRG) bentukan Presiden Joko Widodo tahun 2016 silam mencatat ada 800 ribu hektare lahan gambut rusak. Namun saat ini belum semua areal yang rusak terestorasi karena kebakaran terus terjadi hingga 2019. Namun demikian, peristiwa yang terjadi selama ini tak sebesar tahun 2015 silam.
Menurut Kepala Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG, Myrna A Safitri, pihaknya mendapat mandat dari Joko Widodo untuk memperbaiki ekosistem gambut di Papua, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
Baca Lainnya :
"Karena Indonesia ini termasuk negara yang wilayah gambutnya terbesar di dunia, selain Peru dan Kongo. Di Indonesia luasnya 12,9 juta hektare, yang rusak 2,5 juta hektare," sebut Myrna di Pekanbaru, Jum'at (18/1).
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, kerusakan gambut tak hanya disebabkan kebakaran, tapi juga perambahan di mana pelaku kejahatan lingkungan itu membuat kanal untuk mengalirkan kayu. Gambut menjadi kering hingga mudah dan mengeluarkan karbondioksida kalau terbakar.
Dari jumlah kerusakan itu, Myrna menyebut seluas 332.766 hektare berada di kawasan konservasi. Restorasi di kawasan ini menjadi tanggung jawab badan konservasi yang membawahinya. Selanjutnya, seluas 1.410.926 hektare yang rusak terdapat di lahan konsesi, baik itu perusahaan sawit ataupun hutan tanaman industri.
Baca Lainnya :
"Pemegang konsesi itu ibarat yang punya rumah, kalau rusak harus diperbaiki. Yang menyatakan rusak adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, lalu perusahan diperintahkan menyiapkan program restorasi, di mana BRG sebagai supervisi," terang Myrna.
ADVERTISEMENT
Sementara seluas 748.818 hektare terjadi di kawasan hutan produksi dan lahan lainnya. Untuk kerusakan di lahan ini dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. BRG bertugas membantu yang sudah dilakukan sejak tahun 2016.
"LSM juga bisa, ataupun membangun kemitraan dengan masyarakat," ucap Myrna.
Hingga kini, Myrna menyebut restorasi terus dilakukan. Ekosistemnya terus dikembalikan agar berfungsi sebagai areal penyimpan karbon terbesar untuk kelestarian alam. [RN]