Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Buaya Terkam Kakek Muhadi di Rawa, Apa Kata BBKSDA?
4 Oktober 2018 18:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mengirim tim ke Parit Bekoan, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, terkait ada seorang kakek yang ditemukan tak bernyawa setelah memancing. Sebelumnya santer beredar, kakek bernama Muhadi itu kehilangan nyawa setelah diserang buaya ganas.
ADVERTISEMENT
Hasil dari pemeriksaan petugas medis di Puskesmas setempat, di beberapa bagian tubuhnya memang terdapat luka robek diduga akibat diterkam buaya. Hanya saja, BBKSDA belum berani menyimpulkan apakah itu buaya karena saat kejadian tidak ada saksi mata.
"Korban ditemukan saat mau magrib. Tidak ada saksi mata yang melihat langsung buaya menyerang," kata Kepala Bidang II BBKSDA Riau Heru Sutmantoro kepada wartawan, Kamis (4/10/2018).
Baca Lainnya: Tragis, Seorang Remaja 16 Tahun di Kobalima, Tewas Dimangsa Buaya
Hanya saja, ada benang merah yang bisa ditarik dari kejadian pada Rabu, 26 September itu. Pasalnya sungai dan rawa di kecamatan tersebut memang menjadi habitat buaya, termasuk Parit Bekoan tempat Muhadi ditemukan.
"Itu habitatnya di sana, tapi kalau diserang buaya, sulit juga menentukan buaya mana yang menyerang karena banyak buaya di sana," sebut Heru.
ADVERTISEMENT
Menurut Heru, Konflik antara manusia dengan buaya sulit terpecahkan. Tidak seperti konflik manusia dengan harimau, gajah ataupun beruang.
"Harimau itu jelas, kalau buaya ini sulit karena tidak mungkin semuanya harus ditangkap. Apalagi keberadaannya di air," kata Heru.
Baca Lainnya: Meresahkan, Buaya Raksasa di Sungai Merambai Tewas Dibunuh Warga
Atas kejadian ini, Heru menghimbau warga supaya mengurangi aktivitasnya di sungai apalagi sampai malam hari. Pasalnya, serangan buaya sulit diprediksi karena tidak kelihatan di air.
Warga juga dilarang bertindak nekat dengan menangkap buaya di sungai. Apalagi buaya merupakan satwa liar yang dilindungi pemerintah.
"Kemarin kan ada warga yang berusaha memancing buaya. Sudah disosialisasikan dan warga menerimanya untuk keselamatan juga," sebut Heru.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, kakek Muhadi pergi memancing ke Parit Bekoan sejak pagi Selasa, 25 September 2018. Tidak seperti biasanya, Muhadi tidak pulang pada sore hari hingga akhirnya dicari. [KW]