Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Darah Naga yang Kini Terancam Punah
23 Agustus 2019 0:06 WIB
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Darah Naga yang Kini Terancam Punah
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Trubus Mania sudah pernah mendengar tentang pohon Darah Naga yang dengan bentuk aneh. Tumbuhan dengan nama Dracaena cinnabari tidak hanya memiliki wujud khas, namun juga mengeluarkan getah merah atau resin jika batangnya ditoreh, sehingga banyak orang mengenalnya sebagai darah naga.
ADVERTISEMENT
Menurut Science Daily, getah ini sejak lama dimanfaatkan sebagai bahan obat, di era keemasan Romawi, Mesir, dan Yunani. Juga untuk membuat pernis oleh para pembuat biola Italia sejak abad ke-18. Oleh penduduk setempat, getahnya telah dimanfaatkan untuk berbagai hal. Selain pengobatan pencernaan, juga diare, demam, gangguan pernapasan, dan sakit tenggorokan. Lalu digunakan sebagai zat pewarna, cat, lem, sabun, pernis untuk furniture, dupa, dan campuran bahan kimia.
Baca Lainnya : Fenomena Langka, Mata Air Deras Keluar dari Pohon Murbei Tua
Tapi, ini juga yang membuat masa depan pohon Darah Naga terganggu. Pemanfaatan getah berlebihan mengganggu kehidupan sang pohon. Begitu juga penggembalaan kambing sering memakan bibit dan biji tanaman yang tumbuh. Ditambah lagi, pohonnya sering ditebang untuk dimanfaatkan kayunya, sebagai kayu bakar. Masalah lain, meningkatnya pembangunan di pulau itu, terutama pembuatan jalan, serta pengunjung setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Pohon ini pertama kali dideskripsikan oleh James Raymond Wellsted pada 1830-an yang menamainya Pterocarpus draco. Tetapi, ahli botani Skotlandia bernama Isaac Bayley Balfour yang menggambarkan spesies tersebut dan memberikan nama ilmiahnya pada 1880. Pohon bisa tumbuh setinggi 10 meter dengan lebar 3 meter. Secara umum, jika dilihat, bentuknya seperti payung dengan dahan dan cabang melebar ke samping, yang ujung dahannya dipenuhi daun-daun.
Socotra sering disebut sebagai wilayah yang seperti di luar bumi karena koleksi satwa dan tumbuhannya yang beda dengan belahan lain di planet ini. (foto: Rod Waddington)
Bentuk pohon dapat dikaitkan dengan percabangan dichotomous, masing-masing cabang terbagi dua bagian. Batang membelah setiap kali pohon berbunga. Itulah sebabnya ahli botani dapat menghitung perkiraan usia pohon dengan menghitung jumlah percabangan.
ADVERTISEMENT
Sosok yang tak lazim ini ternyata berfungsi untuk kehidupannya. Daun-daunnya yang rimbun mengurangi proses penguapan dan membantu bertahan hidup di daerah yang suhunya sangat panas. Di bawah pohon yang teduh ini, banyak ditemukan tanaman kecil dan hewan yang memanfaatkannya untuk berlindung dan berkembang biak.
Baca Lainnya : Mangrove Ternyata Bukan Pohon, Lalu Apa?
Ingin melihat secara langsung, pohon unik itu terdapat di pulau yang cukup terpencil di Planet Bumi, Socotra namanya. Sejak lama, pulau ini memiliki berbagai julukan fantastis sekaligus misterius, mulai dari The Lost World, Alien Island, dan sebagainya. Para pegiat lingkungan punya nama khas, The Galapagos of the Indian Ocean.
Sayang sekali, International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengklasifikasikan statusnya “Rentan”. Diyakini, perubahan iklim berpengaruh pada makin sulitnya pohon baru tumbuh dan berkembang. Kini, makin sedikit pohon beregenerasi alami, dan banyak pohon kehilangan bentuk ‘payung’ nya yang berarti tumbuh tidak sempurna. Socotra sedang mengering, hujannya tidak merata dan selebat dulu. Habitatnya hilang sebanyak 45% pada 2018 dan memburuk dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT