Konten dari Pengguna

Ganoderma, Jamur Berbahaya yang Paling Ditakuti Petani Kelapa Sawit  

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
16 Maret 2019 0:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Para petani kelapa sawit tidak asing dengan ganoderma, yaitu jamur mematikan. Jamur ini menyerang tanaman yang sudah bergenerasi. Meski demikian, beberapa cara dapat dilakukan menanggulangi serangannya. 
ADVERTISEMENT
Pusat Penelitian Kelapa Sawit dalam dua tahun ini sudah mulai mengembangkan bibit kelapa sawit anti ganodera. Hal ini dikatakan oleh Kepala Unit Usaha Medan, PPKS, Suhardiman. Diakuinya, ganoderma sama halnya dengan kanker pada manusia. 
"Khusus pada kebun yang sudah bergenerasi, sangat rentan munculnya serangan karena sudah ada biangnya," kata Suhardiman, Selasa (12/3).
Dijelaskannya, ganoderma sulit dihilangkan karena sumber penularnya sudah ada di lahan. Pihak PPKS sudah memiliki produk bernama Marihat Fungicide atau Marfu yang di dalamnya terdapat bahan aktif jamur sepertu trico derma.
"Sifatnya menjadi parasit pada jamur ganoderma," ujarnya.
Diterangkan Suhardiman, jamur ini sangat efektif menghambat perkembangan ganoderma pada serangan stadium awal. Jamur ini mudah dikembangbiakan, dengan bekatul atau dedak halus yang dibiarkan beberapa hari dalam keadaan lembab. 
ADVERTISEMENT
"Jamur yang muncul berwarna hijau disebut dengan tricho derma," ucapnya.
Selain itu, lanjutnya, cara lain dengan membuat lubang tanam besar. Pada lubang tanam harus ditaburi dengan Marfu. Lubang besar menjadi cara praktis untuk memutus akar dari tanamnan lama. Sebab, pada lubang tanam juga diisi dengan bahan organik tandan kosong, pupuk kompos.
"Nah, setelah terjadi mineralisasi baru dimasukkan bibitnya," terang Suhardiman.
Diakuinya, membuat lubang besar modalnya besar, tetapi setimpal dengan hasilnya. Suhardiman berpandangan, Bibit unggul kalau diberi perlakuan tepat bisa menghasilkan 40 ton per hektare saat umurnya di atas 5 tahun. 
"Kalau tidak, hanya bisa 30 sampai 31 ton per hektare," ujarnya.
ADVERTISEMENT
PPKS bekerja sama dengan laboratorium di Singapura selama bertahun-tahun untuk meneliti kelapa sawit dan menciptakan kecambah atau bibit anti ganoderma bernama PPKS 54 New Generation. 
Mengenai harga memang lebih tinggi. Dalam bentuk kecambah, bibit unggul biasa Rp 7.500 per butir. Sedangkan 54 NG, Rp 17.500 per butir. Jika sudah jadi bibit, 54 NG harganya Rp 50.000 per batang, sedangkan bibit unggul biasa hanya Rp 38.000. 
"Tentunya sudah teruji sampai di tingkat DNA," ungkapnya.
Suhardiman menyebut, penggunaan bibit anti ganoderma masih sangat kecil. Dibandingkan dengan luas perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara, belum sampai 10 persen yang menggunakannya. 
"Hanya beberapa perusahaan dan petani yang sudah paham. Ganoderma ini tidak memandang kebun punya siapa. Kalau bergenerasi rentan, tergantung pada asupan gizi tanaman," tandasnya. (RP)
ADVERTISEMENT