Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Gawat, Petani Muda di Wonogiri Kian Langka
16 Januari 2019 0:10 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kondisi ini mengakibatkan profesi pertanian di desa semakin ditinggalkan. Dampak tingginya urbanisasi terpampang nyata di Desa Bumiharjo, Nguntoronadi, Wonogiri. Di desa tersebut, hampir tidak ada petani muda di sana.
Sebelumnya, jumlah warga Desa Bumiharjo yang merantau per November 2018 sebanyak 405 orang, terdiri dari 180 laki-laki dan 225 perempuan. Dalam periode yang sama, Desa Bumiharjo memiliki penduduk 1.853 jiwa, di mana 935 laki-laki dan 918 perempuan.
Tingginya urbanisasi membuat petani di Desa Bumiharjo kesulitan mencari tenaga tanam yang produktif. Hampir semua tenaga kerja produktif dan kreatif memilih merantau untuk mencari pekerjaan di kota.
Kurangnya jumlah petani muda di Wonogiri mendapat beragam tanggapan netizen. Banyak netizen menganggap keputusan itu masuk akal. Sebab, petani seringkali merugi karena impor beras yang dilakukan pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Buat apa jadi petani kalau beras pun impor. Petani sekarang enggak untung, tapi malah buntung. Harga jual enggak stabil, anak muda tidak tertarik untuk jadi petani. Mending ke pabrik, setiap bulan dapat gaji," komentar Julian Andryanto Mustafa, netizen, pada Sabtu (12/1). [DF]