Konten dari Pengguna

LIPI Ungkap Kandungan Rumput Laut Mampu Lawan Kanker

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
14 Februari 2019 15:00 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Trubus.id -- Penyakit kanker menempati urutan tertinggi diderita oleh pasien kanker wanita yaitu sebesar 2,1 juta/pertahun tahun 2018. Angka kematian yang ditimbulkannya sebesar 627.000orang atau sebesar 15 persen dari total penderita kanker. 
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Oseanografi menunjukkan bahwa 60 persen obat antikanker berasal dari alam. Sementara itu, empat obat antikanker komersial berasal dari laut.
Untuk itu, sejak tahun 2012 lalu, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI meneliti dan mengembangkan bahan aktif dari organisme laut sebagai agen antikanker serta sumber pangan untuk mencegah penyakit kanker.
“Saat ini LIPI bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal Spanyol, Pharma Mar untuk pengembangan bahan baku obat dari organisme laut,” terang peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Ratih Pangestuti saat ditemui di Widya Sarwono LIPI, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (4/2).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Ratih mengungkapkan, bahwa sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku obat antikanker.
Dikatakan Ratih, senyawa antikanker potential yang berasal dari rumput laut meliputi, Klorofil, Karotenoid, Asam fenol, Mycosporine like amino acid (MAA), Flavonoid, Alkaloid, Saponin, hingga Polisakarida tersulfasi. Kandungan-kandungan tersebut dinilai mampu untuk diubah sebagai antikanker.
“Penelitian rumput laut sebagai antikanker sudah dilakukan sejak tahun 2012 lalu, penelitian ini bisa memakan waktu 10 sampai 20 tahun hingga benar-benar bisa di komersilkan,” ujar Ratih menambahkan.
Seperti diketahui, keberadaan rumput laut yang melimpah di Indonesia juga harus diperkenalkan oleh masayarakat di mana rumput laut menjadi salah satu pangan potensial di Indonesia. Sebab meski produksi rumput laut di Indonesia tinggi, tapi tingkat konsumsi rumput laut di Indonesia terbilang masih rendah.
ADVERTISEMENT
“Prevalansi kanker semakin meningkat di Indonesia, kita sebagai peneliti mengajak masyarakat Indonesia untuk menerapkan pola hidup sehat. Selain itu kita juga harus menerapkan pentingnya mengonsumsi organisme laut seperti ikan hingga rumput laut untuk mencegah penyakit kanker,” pungkasnya. [NN]