Konten dari Pengguna

Mengenal Ular Weling yang Menewaskan Petugas Satpam

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
28 Agustus 2019 0:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Mengenal Ular Weling yang Menewaskan Petugas Satpam

ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Weling atau ular weling (Bungarus candidus) merupakan sejenis ular berbisa dari suku Elapidae yang menyebar di Asia Tenggara hingga ke Jawa dan Bali. Di beberapa tempat ular weling dikenal sebagai ular belang, nama yang juga disematkan bagi ular welang (B. fasciatus). Ular warakas dari daerah Cirebon, Indramayu dan sekitarnya adalah bentuk hitam (melanistik) dari weling. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Blue krait atau Malayan krait.
ADVERTISEMENT
Ular weling mempunyai badan ramping dan tidak terlalu panjang, dari kepala hingga ekor sekitar 100 cm dan dengan panjang maksimal sekitar 155 cm, sementara ekornya sekitar 15% dari panjang total.
Dilansir dari wikipedia, sisi dorsal (punggung) berbelang hitam dan putih, terdapat sekitar 30-an belang hitam dari kepala hingga ke ekor. Biasanya terdapat noktah-noktah kehitaman atau kecoklatan pada bagian putihnya. Belang yang pertama paling lebar, mencakup pula kepalanya yang berwarna hitam, dan lebih lebar daripada belang putihnya.
Ular ini ditemukan di dataran rendah hingga wilayah berbukit dan bergunung hingga elevasi 1.200 m dpl. Weling hidup di hutan-hutan dataran rendah yang lembab atau kering, hutan pegunungan, hutan mangrove, semak belukar, perkebunan, lahan pertanian, dan di sekitar permukiman. Umumnya jenis ini didapati di tempat yang relatif terbuka, seringkali di dekat air, tetapi juga di bagian yang kering.
ADVERTISEMENT
Ular weling bersifat terestrial, hidup di atas tanah, dan umumnya nokturnal, baru keluar setelah gelap dari lubang-lubang persembunyiannya, atau dari bawah tumpukan kayu, batu, atau vegetasi yang rapat. Di siang hari ular ini cenderung lamban dan penakut. Bila diganggu, weling kerap berupaya menyembunyikan kepalanya di bawah gulungan badannya.
Mangsa utamanya adalah jenis ular lainnya, di samping itu juga memburu kadal dan katak. Weling bersifat ovipar, bertelur sekitar 10 butir setiap kalinya. 
Bisa ular weling bersifat mematikan dan menimbulkan gejala sebagaimana bisa ular Elapidae pada umumnya, kecuali kobra. Sifat utamanya adalah racun saraf (neurotoxic), yang dapat berakibat rusaknya jaringan saraf dan membawa kelumpuhan.
ADVERTISEMENT
Gigitan kobra yang mengandung bisa, akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan pembengkakan di sekitar luka, meskipun terkadang gejala ini tidak muncul. Berbeda dengan gigitan ular weling yang cenderung tidak menimbulkan sakit berlebihan atau bengkak di lokasi luka, tetapi dapat berakibat fatal.
Bila bisa melalui gigitan ular masuk dalam jumlah cukup besar ke dalam tubuh, beberapa waktu kemudian akan timbul gejala-gejala keracunan yang khas.
Untuk ular-ular Elapidae, gejala ini misalnya adalah kelopak mata yang memberat, kesulitan menelan, dan belakangan, kesulitan untuk bernafas serta pada akhirnya kegagalan kerja jantung.
Rata-rata selang waktu antara masuknya bisa melalui luka hingga tibanya kematian, untuk kasus gigitan Elapidae, berkisar antara 5 hingga 20 jam. [NN]
ADVERTISEMENT