Konten dari Pengguna

Mengenang Tenggelamnya Kampung di Koto Panjang Riau yang Menarik

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
31 Agustus 2018 15:05 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Pembangunan PLTA Koto Panjang di Kecamatan XIII Kota Kampar, Riau, diawal tahun 90-an, memang menimbulkan pro dan kontra. Banyak desa yang akhirnya tenggelam dan dibuatkan kampung baru oleh pemerintah saat itu. Mereka yang menolak, terpaksa angkat kaki karena kampungnya akan menjadi waduk seiring siapnya bendungan raksasa.
ADVERTISEMENT
Sudah 26 tahun berlalu sejak peristiwa itu. Masyarakat yang dulunya mendiami kawasan PLTA Koto Panjang selalu mengenangnya setiap tahun. Pada tahun 2018, peringatan dilaksanakan pada Rabu (29/8) kemarin.
Peringatan tenggelamnya desa diperingati setiap tahun. Foto: Kontributor Trubus.id/ M Syukur.
Masyarakat terlihat bergembira dalam peringatan ini. Ratusan warga, mulai orang dewasa hingga anak-anak terlihat menggunakan pakaian era tahun 1980-an demi mengenang masa hidup di kampung lama, sebelum mereka dipindahkan karena pembangunan PLTA Koto Panjang.
Tidak ketinggalan, diadakan karnaval dengan menampilkan aneka gerakan yang menggambarkan tradisi kehidupan di kampung lama seperti mengaji di surau, manuge dan mambonio atau menanam padi di ladang kosong.
ADVERTISEMENT
 
Ratusan warga, mulai orang dewasa hingga anak-anak terlihat menggunakan pakaian era tahun 1980-an. Foto: Kontributor Trubus.id/ M Syukur.
Ada kelompok yang menampilkan prosesi pesta pernikahan, pinang suwik atau mengantarkan mempelai laki-laki ke rumah mempelai perempuan lengkap dengan peralatan yang dibawa seperti kasur, koper berisi pakaian dan alat-alat mandi dan perlengkapan lainnya.
Acara makin meriah karena ribuan warga disuguhkan aktraksi kesenian dari berbagai sekolah dan instansi, di antarany dari pelajar SDN 006 Pulau Gadang, SDN 007 Pulau Gadang, MTs Syekh Ja'afar, SMAN 2 XIII Koto Kampar, TK Harapan, SMPN 3 XIII Koto Kampar maupun penampilan atraksi dari pegawai Puskesmas XIII Koto Kampar III serta atraksi orang tua murid TK Harapan.
ADVERTISEMENT
Karnaval dan pawai budaya dimulai dari Masjid Al Hidayah Pulau Gadang menuju Lapangan Pahlawan Kusuma Bantolo yang berjarak sekitar 1 kilometer. Sampai di Lapangan Kusuma Bantolo, dilaksanakan upacara bendera. Kali ini, yang bertindak sebagai inspektur upacara ialah Kepala Desa Pulau Gadang, Abdul Razak Datuk Majo Kampau.
Foto: Kontributor Trubus.id/ M Syukur.
Acara ini diikuti belasan ninik mamak dari Kenegerian Pulau Gadang yang berpakaian lengkap bersama para bundo kanduong, tokoh agama, masyarakat, pemuda, para guru dan pegawai. Dilanjutkan dengan permainan rakyat dan pertunjukan teater.
"Peringatan HUT pemidahan desa digelar setiap tahun dengan tujuan mengenang kembali masa-masa kehidupan kampung lama yang telah tenggelam demi mendukung pembangunan Waduk PLTA Koto Panjang. Di samping itu, menceritakan sejarah pemindahan kampung kepada generasi muda sehingga menimbulkan semangat bagi mereka untuk membangun desa," kata Abdul Razak, Kepala Desa Pulau Gadang, saat ditemui Trubus.id, Kamis (30/8). [DF]
ADVERTISEMENT