news-card-video
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Naomi Njamur, Merawat Tradisi Perempuan Sumba Via Rinjung Pahamu

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
28 Maret 2019 0:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Tenun ikat Sumba warna alam saat ini memang makin populer. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai lingkungan, kain tenun sumba warna alam menjadi salah satu alternatif cara berperan dalam menyelamatkan bumi. Salah satu kelompok tenun yang mengkhususkan pemakaian warna alam adalah kelompok penenun Rinjung Pahamu.
ADVERTISEMENT
Foundernya, Naomi Njamur kepada Trubus.id mengatakan, saat ini permintaan kain tenun Sumba warna alam memang meningkat, terutama sarung. 
"Para peminat kain sarung Sumba tidak hanya datang dari Sumba, namun sekarang banyak juga permintaan dari kota-kota lain di Indonesia, " katanya di JCC Senayan, Jakarta dalam rangka pameran Adiwastra 2019, Sabtu (23/3).
Sejak empat tahun lalu, perempuan yang biasa dipanggil Rambu Naomi ini membentuk komunitas penenun Rinjung Pahamu di Pau, Watuhadang, Melolo, Sumba Timur, NTT.  Rinjung Pahamu artinya tekad untuk memperbaiki hidup. Bersama puluhan maestro tenun, Rambu Naomi menciptakan kain-kaintenun yang memukai dari warna alam.
Kepada penenun Rinjung Pahamu Rambu Naomi selain mengedukasi mereka untuk menciptakan kualitas tenun yang baik, ia juga membantu memberikan benang untuk ditenun. Ia secara gigih dan tanpa kenal lelah berusaha mengembangkan komunitasnya, selain agar tingkat perekonomian para penenun, hal ini juga sebagai bentuk pelestarian tradisi budaya perempuan Sumba, yakni menenun.
ADVERTISEMENT
Untuk mempromosikan kain tenun Sumba, ia sering mengikuti pameran-pameran, tidak hanya di Indonesia namun juga ke Bangkok dan pernah juga koleksi kain tenunnya dipamerkan di Rusia.
Dalam selembar kain tenun terdapat motif-motif khas Sumba yang menyimpan filosofi hidup sehari-hari orang Sumba.  Selain itu proses untuk membuat selembar kain Sumba melalui tahapan-tahapan yang rumit. Mulai dari memintal benang lalu menyusun benang helai demi helai sepanjang dan lebar yang diinginkan. 
Proses selanjutnya adalah mengikat dengan tali rafia atau tali khusus untuk membentuk motif. Ketika selesai kemudian dicelup sesuai dengan warna yang diinginkan. Warna-warna ini dihasilkan dari akar, batang, kulit dan daun tanaman yang ada di wilayah Sumba.
ADVERTISEMENT
Lalu ikatan-ikatan itu dibuka dan proses penenunan siap dimulai. Tahap selanjutnya adalah proses yang disebut kabakil, yakni membuat ujung kain tenun lebih indah. Proses yang panjang dan melelahkan. Namun mereka melakukan dengan sepenuh hati.
Kegigihan Rambu Naomi dalam mengembangkan tenun ikat dan melestarikan budaya perempuan Sumba ini menginspirasi seorang fotografer dan traveler Ria Indriana Pasaman. Ria Pasaman berkolaborasi dengan Rambu Naomi menerbitkan buku yang diberi judul, Rambu Naomi.
Dalam buku yang full colour ini, berisi tentang perjalanan hidup Rambu Naomi dan keelokan alam Sumba yang tak ada duanya. Mulai dari dari pantai, savana bukit-bukit dan tradisi berkuda yang sampai sekarang tetap eksis di Sumba.
Namun ada satu tantangan yang harus Rambu Naomi hadapi saat ini, soal klasik dan klise, yakni modal usaha.
ADVERTISEMENT