Konten dari Pengguna

Nyepi, Momentum Sakral Berdamai dengan Alam Sekaligus Menghemat Energi

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
12 Maret 2019 0:01 WIB
clock
Diperbarui 20 Maret 2019 20:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Kamis (7/3) kemarin, seluruh umat Hindu di berbagai belahan tanah air menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1941. Di Bali sendiri yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, perayaan nyepi berlangsung sangat khidmat. 
ADVERTISEMENT
Hiruk pikuk Bali sebagai ‘The Island of God’ seketika padam. Geliat pariwisata yang sehari-hari bergejolak tanpa henti, hari itu senyap bersamaan dengan padamnya listrik dan jaringan internet di seluruh wilayah tersebut.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Anak Agung Juniarta Putra mengatakan, Nyepi tidak hanya identik dengan hari dimana masyarakat  tidak keluar rumah seharian atau sekadar memberi kesempatan untuk ‘mulat sarira’ (introspeksi/kembali ke jati diri) dengan merenung atau meditasi. 
Lebih dari itu, Nyepi menurut ajaran agama Hindu adalah keseimbangan untuk mencapai kedamaian termasuk dengan jagat alam raya.
"Filosofi dari Nyepi bagi saya dan masyarakat Bali seperti 'mengistirahatkan' dalam sehari dari berbagai aktivitas yang dapat membuat alam itu rusak," terang Anak Agung Juniarta Putra, Selasa (5/3). 
ADVERTISEMENT
Ia mengungkapkan, saat Nyepi dirinya bisa merasakan udara yang sangat segar di pagi hari, tenang dan tidak bising. Hanya hewan-hewan yang berinteraksi satu sama lain yang terdengar.
Tak hanya itu, dengan Nyepi, hasilnya menghemat kebutuhan listrik bisa dibandingkan pada Earth Hour 2018 lalu. Jika  masyarakat Bali mematikan listrik selama 1 jam, dapat menghemat Rp249 Juta 
"Bintang-bintang terlihat jelas bertaburan, begitupun dengan langit jernih di pagi hari," tambahnya. 
Ia juga menjelaskan, jika direnungi secara mendalam, perayaan Nyepi mengandung makna dan tujuan yang sangat dalam dan mulia. Seluruh rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog spiritual yang dilakukan umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis sehingga ketenangan dan kedamaian hidup bisa terwujud. 
ADVERTISEMENT
Mulai dari Melasti/mekiis dan nyejer/ngaturang bakti di Balai Agung adalah dialog spiritual manusia dengan Alam dan Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala manifetasi-Nya serta para leluhur yang telah disucikan.
Tawur Agung dengan segala rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan alam sekitar dan ciptaan Tuhan yang lain yaitu para bhuta demi keseimbangan bhuana agung bhuana alit.
Pelaksanaan catur brata penyepian merupakan dialog spiritual antara diri sejati (Sang Atma) umat dengan sang pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam diri manusia ada atman (si Dia) yang bersumber dan sang Pencipta Paramatma (Beliau Tuhan Yang Maha Esa). 
Ngembak Geni dengan Dharma Shantinya merupakan dialog spiritual antara kita dengan sesama. Sehingga melalui Perayaan Nyepi, dalam hening sepi kita kembai ke jati diri (mulat sarira) dan menjaga keseimbangan/keharmonisan hubungan antara kita dengan Tuhan, Alam lingkungan (Butha) dan sesama sehingga Ketenangan dan Kedamaian hidup bisa terwujud.
ADVERTISEMENT
"Intinya hari Nyepi adalah dimana umat hindu melakukan amati geni, yaitu mengadakan Samadhi pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas segala dosa yang sudah diperbuat selama hidup di dunia dan memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa menjalankan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang," terangnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Saat Hari Suci Nyepi, listrik di Pulau Bali dipadamkan. Tak hanya itu, jaringan internet pun dimatikan. Bisa dikatakan, saat Hari Suci Nyepi, kawasan Bali layaknya kota mati. 
Fasilitas umum juga rata-rata tidak beroperasi. Namun demikian, tidak semua aktivitas berhenti. Masih ada sejumlah tempat yang diperbolehkan beroperasi. Layanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit contohnya.
Meski terlihat sangat sepi, Hari Raya Nyepi ternyata menyimpang sejumlah keuntungan. Berikut beberapa kontribusi dan penghematan yang terjadi saat perayaan Hari Suci Nyepi pada lingkungan yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber ini. 
ADVERTISEMENT

1. Hemat BBM

Saat Nyepi, tidak ada masyarakat Bali yang berkeliaran di jalanan. Mayoritas masyarakat pasti akan berdiam di rumah atau di pura. Kondisi seperti ini otomatis akan lebih menghemat pengeluaran dan konsumsi BBM.
Dikutip dari Antara, di tahun 2012, berkat prosesi Nyepi selama 24 jam, Pertamina telah menghemat bahan bakar minyak sebanyak 3.000 kiloliter. Angka tersebut campuran dari 2.300 kiloliter premium dan 700 kiloliter solar.
Sementara itu, dikutip dari Tribunnews, perayaan Nyepi membuat dua pembangkit listrik di Bali tidak dioperasikan, yaitu di Pembangkit Listrik Tenaga Uap Pemaron dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Gilimanuk. Penghentian operasi ini turut menghemat bahan bakar solar mencapai 500.000 liter atau setara dengan Rp3 miliar.
ADVERTISEMENT

2. Hemat Listrik

Listrik menjadi salah satu pantangan saat upacara Nyepi. Selama 24 jam masyarakat Hindu Bali tidak menyalakan lampu, menonton tv, dan alat listrik laim. Dengan otomatis, upacara keagamaan ini sangat membantu dalam upaya penghematan sumber daya listrik.
Dikutip dari Tribunnews, Koordinator Komunitas Earth Hour menyatakan selama Nyepi, penghematan listrik di Bali mencapai 60 persen. Jumlah tersebut setara dengan 290 Megawatt yang kalau dirupiahkan mencapai Rp4 miliar.
Di perayaan Hari Suci Nyepi tahun 2019 ini, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali memprediksi terjadi penurunan beban puncak (penggunaan) listrik saat Nyepi. Besarnya mencapai 35% hingga 40%. Deputi Manajer Komunikasi PLN UID Bali I Nyoman Swiranata menerangkan, hotel yang menggunakan listrik paling dominan juga mengalami penurunan sampai 25 persen. Diprediksi beban puncak saat Nyepi pada Kamis (7/3) turun menjadi 538,6 megawatt (MW).
ADVERTISEMENT

3. Bandara Ngurah Rai hemat biaya operasional

Selama 24 jam di Hari Raya Nyepi, tidak ada satu pun maskapai di Bandara I Gusti Ngurah Rai yang mengoperasikan pesawatnya. Guna menghormati dan menjaga ketenangan masyarakat yang beribadah semua penerbangan ditiadakan.
Dengan diberhentikannya kegiatan operasional bandara, biaya operasionalnya pun menjadi lebih hemat. Dilansir dari Suara.com, dalam satu hari, pihak bandara mengaku hemat Rp 154 juta untuk biaya listrik. Tidak hanya itu, Bandara Ngurah Rai juga menghemat biaya penggunaan air sebesar Rp17 juta dan biaya telepon Rp12 juta.

4. Udara jadi bersih

Aktvitas masyarakat di Bali saat Nyepi hampir tidak ada. Segala aktivitas mesin pun terhenti. Dampaknya tentu saja, polusi yang dihasilkan saat Hari Suci Nyepi berlangsung hampir tidak ada. Dampak positif pun dapat dirasakan, yaitu berkurangnya gas emisi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari VOAIndonesia di tahun 2013, pencemaran udara akibat gas emisi karbondioksida dari sektor transportasi berhasil direduksi sebesasar 20.000 ton.

5. Mengurangi sampah plastik

Saat Nyepi, masyarakat Bali lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah dan berdiam diri. Kemudian toko-toko mayoritas juga pada tutup semua. Dengan dua kondisi ini, maka sudah dipastikan konsumsi terhadap produk-produk berbahan dasar plastik pun akan berkurang. Tentunya membantu upaya pemerintah dalam menekan jumlah sampah plastik. Namun demikian, belum ditemukan data dan informasi resmi terkait jumlah pasti pengurangan sampah plastik yang terjadi sepanjang Nyepi.
Itulah lima keuntungan dari perayaan Hari Raya Nyepi. Jadi gak hanya sekadar upacara keagamaan, tapi juga memberi dampak positif bagi lingkungan sekitar. Pasalnya, hakikat Nyepi adalah menciptakan kesucian di alam dan diri manusia. [RN]  
ADVERTISEMENT