Konten dari Pengguna

Omzet Petani Lada Capai Rp25 Juta per Bulan, Ini Kuncinya

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
31 Maret 2019 0:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Trubus.id -- Petani lada dapat menggandakan keuntungan dengan melakukan hilirisasi produksi menjadi lada bubuk. Bukti tersebut sudah dilakukan oleh petani lada Poktan Berkah Tani dipimpin Alfeddy Hernandy yang sudah mampu maraup omzet penjualan(kotor) Rp25 juta/bulan.
ADVERTISEMENT
"Hilirisasi yang kami lakukan ini bisa mendatangkan nilai tambah bagi petani. Artinya, harga lada di tingkat petani yang saat ini Rp50 ribu/kg, kalau sudah kami olah menjadi lada bubuk harganya meningkat menjadi Rp150 ribu/kg,” papar Ketua Kelompok Tani (Poktan) Berkah Tani, Alfeddy Hernandy.
Menurut Alfeddy, manajemen Poktan berkah Tani bisa membeli lada dari petani anggota kelompok dengan harga Rp80 ribu-Rp100 ribu/kg. 
“Sehingga, petani pun sejahtera dan kami manajemen Poktan Berkah Tani masih mendapat selisih harga yang wajar. Artinya, anggota poktan dan manajemen poktan sama-sama utung,” kata Alfeddy.
Alfeddy mengungkapkan, untuk memulai usaha mengolah biji lada menjadi lada bubuk akhir Desember 2018 lalu, manajemen Poktan Berkah Tani hanya mengeluarkan modal awal Rp5 juta.  
ADVERTISEMENT
“Modal awal ini dari kantong pribadi sendiri untuk membeli peralatan hilirisasi seperti mesin pembubuk,” katanya.
Lada yang sudah dihaluskan dengan mesin pembubuk kemudian dimasukkan dalam botol dan dikemas dengan rapi. Tiap botol berisi lada bubuk 60 gram. Lada yang sudah dihaluskan tersebut dijual langsung ke konsumen (pasar) dengan harga Rp 15 ribu/botol/60 gram.
“Kami juga menjualnya melalui reseller atau distributor dengan harga Rp 25 ribu/botol/60 gram,” katanya.
Dari hasil penjualan produk tersebut,  Alfeddy mengungkapkan, Poktan  Berkah Tani mampu meraup untung bersih sekitar Rp15 juta/bulan.
“Kalau kami lihat dari modal awal yang hanya Rp5 juta, cash flow Poktan Berkah Tani rata-rata mencapai Rp 15 juta/bulan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Rencananya, manajemen Poktan Berkah Tani juga akan mengemas lada bubuk khusus untuk kalangan menengah ke bawah.
“Nantinya, lada bubuk ini akan kami kemas dengan plastik yang bisa dijual langsung ke kios-kios atau pedagang keliling dengan harga Rp 1.000/5 gram. Ya bentuknya nanti lada bubuk yang dikemas dalam saset,” ujar Alfeddy.
Poktan Berkah Tani juga melakukan penjualan secara online. Lada bubuk tersebut dijual dengan harga Rp25 ribu/60 gram.
“Lada bubuk yang dikemas dalam botol dan dijual secara online tersebut pasarnya untuk restoran dan hotel,”  katanya.
Diakui Alferddy, penjualan secara online yang dilakukan sampai saat ini belum maksimal, meskipun sudah ada beberapa orang di luar Babel yang ingin menjadi distributor dan Poktan Berkah Tani sampai saat ini masih mengurus proses perizinan di BPOM dan MUI.
ADVERTISEMENT
Sementar itu, pihak seperti Pemprov dan Pemda Babel terus membantu akses pasar lada bubuk yang dibuat Poktan Berkah Tani. “Kalau ada pameran di luar kota kami diikutsertakan. Tujuannya adalah untuk memperluas jangkauan pasar dan branding produk,” ujar Alfeddy.
Bahkan, Dinas Pekebunan Kabupaten/Provinsi Babel terus mendorong Poktan Berkah Tani melakukan hilirasi. “Kami juga diberi bantuan alat penggiling lada dan bak perendaman lada ukuran 7 x 5 meter. Dengan alat tersebut kami bisa melakukan perendeman lada selama 7-10 hari kemudian membuang kulit luarnya dan bisa langsung  menjemurnya di bawah terik matahari selama 2 hari,” pungkasnya. [NN]