Konten dari Pengguna

Pelaku Industri Cincau Hitam Naik Signifikan Selama Bulan Ramadan

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
14 Mei 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Selama bulan Ramadan berjalan, penjualan cincau atau janggelan hitam mengalami peningkatan produksi. Hal tersebut terjadi di pelaku industri rumah tangga cincau di Desa Tangjungsari, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, yang meningkat signifikan selama  Ramadan 2019 akibat tingginya permintaan konsumen.
ADVERTISEMENT
"Permintaan cincau atau janggelan hitam memang naik drastis dibanding hari biasa. Kenaikannya sekitar lima kali lipat dibandingkan hari biasa," ujar Sumarni, pembuat cincau hitam kepada wartawan, di Magetan, Jumat (10/5).
Dijelaskan Sumarni, dalam keadaan normal hari biasa dirinya hanya menjual sekitar 200 ember. Namun sejak bulan puasa, pihaknya mampu menjual hingga 1.000 ember dan selalu habis.
Kebutuhan masyarakat yang menjadikan es cincau untuk menu berbuka puasa menjadi pemicu produksinya meningkat tajam. Sumarni menjelaskan, penjualannya tidak hanya dilakukan di wilayah Magetan, namun juga luar kota seperti Solo, Wonogiri, dan Ngawi.
"Para pembelinya ada yang datang langsung ke rumah dan ada juga yang dikirim. Yang datang itu biasanya para penjual es cincau ataupun pedagang cincau di pasar-pasar wilayah Magetan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, untuk harga, Sumarni terpaksa menaikkan karena untuk menutup biaya produksi yang juga meningkat, karena bahan baku dan tenaga kerja yang terpaksa harus ditambah untuk memenuhi permintaan pasar.
Jika hari biasa harga cincau hitamnya dijual Rp15.000 per ember kecil, kini saat puasa naik menjadi Rp17.000 per ember. Sedangkan untuk ukuran ember besar, harganya naik dari Rp35.000 menjadi Rp37.000 per ember.
Untuk karyawan sendiri, jika hari biasa hanya menggunakan lima orang pekerja saja. Kini dirinya harus menambah hingga totalnya mencapai 12 pekerja yang memproduksi cincau secara bergantian saat pagi dan malam hari.
Untuk bahan bakunya yaitu daun janggelan, Sumarni harus mendatangkan dari wilayah Ponorogo dan Pacitan. Hal itu karena sudah tidak cukup jika hanya mengandalkan daun janggelan dari wilayah lokal atau Magetan saja.
ADVERTISEMENT
"Usaha pembuatan cincau ini sudah kami jalani selama bertahun-tahun secara turun-temurun. Ini sudah menjadi pekerjaan kami," ujarnya.
Sumarni mengakui, kondisi tersebut selalu terjadi setiap tahun saat memasuki bulan puasa. Pihaknya sangat bersyukur karena omset yang diperolehnya juga meningkat drastis. [NN]