Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pemkab Banyumas Dorong Perkembangan Kampung Tenun Lurik
22 Mei 2019 0:06 WIB
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, saat ini tengah endorong pengembangan Kampung Tenun Lurik di Desa Tanggeran dengan menjadikannya sebagai salah satu seragam pemerintah daerah, kata Bupati Banyumas Achmad Husein. Menurutnya, membuat tenun lurik tidaklah mudah, untuk itu masyarakat Desa Tanggeran diharapkan untuk berlatih dan menekuni kerajinan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Nanti setiap hari Kamis minggu kesatu, kedua, dan keempat itu memakai tenun lurik buatan Banyumas," katanya saat meresmikan Kampung Tenun Lurik di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Banyumas, beberapa waktu lalu.
Bupati berharap dengan kehadiran Kampung Tenun Lurik di Desa Tanggeran bisa sebagai inovasi atau terobosan untuk mengurangi pengangguran walaupun tidak banyak.
Baca Lainnya : Tenun Baduy, Kini Makin Disuka karena Warna Cerahnya
"Untuk pemakaian baju lurik setiap (hari Kamis) minggu kesatu, kedua, dan keempat, saya minta untuk tidak dipaksakan. Artinya, kalau tenun lurik di Banyumas ini belum sukses, maka tetaplah pakai batik Banyumas saja," ujarnya.
Bupati mengatakan, tenun lurik tersebut harus sukses lebih dulu sehingga nantinya menjadi baju seragam Pemkab Banyumas dan diberi tanda sebagai produk asli Banyumas. Oleh karena itu, kata dia, pengrajin tenun lurik tidak usah khawatir karena produknya dipastikan ada yang membeli.
ADVERTISEMENT
"Saya jamin luriknya pasti dibeli, ada kewajiban dari pemerintah. Nanti saya minta dari dinas bisa menganggarkan pesan di sini. Tidak masalah lebih mahal dari lurik buatan Klaten, yang penting memakai hasil karya orang Banyumas," ujarnya seperti dikutip Antaranews.
Selain dari pihaknya, dirinya juga berharap mendapat dukungan program pertanggungjawaban sosial (corporate social responsibility/CSR) dari perbankan dan perusahaan yang ada di Kabupaten Banyumas dalam rangka pengembangan kampung tenun lurik di Desa Tanggeran.
Sementara itu, di tempat terpisah, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto Agus Chusaini mengakui pernah diajak berdiskusi dengan Bupati Banyumas untuk membahas pengembangan tenun lurik sebagai upaya membuka lapangan kerja baru.
ADVERTISEMENT
"Kemarin saya juga tanya, 'lho lurik itu kalau diproduksi, siapa yang beli?'. Tapi ternyata Pak Bupati sudah punya strategi, pasar di-'create' dengan mewajibkan semua PNS pakai lurik dan harus lurik dari Banyumas, jadi pasar ada," ujarnya.
Dikatakannya secara kebetulan, KPw BI Purwokerto juga mempunyai binaan berupa tenun kain lawon di Kecamatan Jatilawang, kalau Kampung Tenun Lurik di Desa Tenggeran merupakan inisiasi Pemkab Banyumas.
Menurutnya, saat ini pihaknya sedang dalam tahap pengenalan dan sosialisasi kepada pengrajin tenun lawon tentang bagaimana membuat lurik.
"Jadi memang ini proses, sama-sama di sini untuk (pengembangan) dari pemda, di sana (Jatilawang, red.) dari kami. Nanti bareng-bareng untuk menyuplai keperluan teman-teman di Banyumas," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengakui sumber daya manusia (SDM) di Jatilawang sudah terbiasa untuk menenun kain lawon, sehingga pihaknya ingin menunjukkan bahwa mereka juga bisa memproduksi kain lurik. [NN]