Konten dari Pengguna

Pencemaran dan Alat Setrum Ikan, Diduga jadi Penyebab Serangan Buaya di Kuansing

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
5 Oktober 2018 18:20 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Kabar serangan buaya di Desa Teluk Pauh, Kabupaten Kuantan Sengingi (Kuansing) akhirnya sampai ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Tim BBKSDA Riau pun kemudian mendatangi lokasi kejadian. Kedatangan mereka ke sana karena hingga saat ini sudah ada 3 laporan yang masuk terkait serangan buaya ini, meskipun belum menimbulkan korban jiwa. 
ADVERTISEMENT
Laporan terakhir yang masuk adalah peristiwa diserangnya bocah berusia 14 tahun bernama M Ali Sahudi. Ia dilaporkan diserang buaya tersebut saat mandi di sungai Kamis (4/10) petang. . Akibat kejadian ini, Ali mendapat tiga jahitan di paha bagian kanannya.
Baca Lainnya : Pelajar di Riau Menangi Pertarungan dengan Buaya Ganas
Menanggapi fenomena serangan buaya ini, Kepala Bidang I BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo mengaku heran kenapa akhir-akhir ini buaya sering "mengamuk" di sana. Diapun sedang mencari tahu dengan mengirim tim ke lokasi penyerangan.
"Kita sedang menginventarisir kenapa buaya akhir- akhir ini marah dan menyerang manusia. Ada indikasi mengalami tekanan karena sungai  tercemar logam berat," kata Hutomo ketika dikonfirmasi, Jumat (5/10).
ADVERTISEMENT
Selain dugaan karena pencemaran logam berat di aliran sungai, BBKSDA juga mengidentifikasi adanya penangkapan ikan di aliran sungai menggunakan alat tangkap setrum. Hal ini yang diduga menyebabkan buaya-buaya yang menghuni sungai tersebut jadi terganggu.
Baca Lainnya : Benarkah Konflik Buaya dan Manusia karena Penambangan Emas Ilegal di Sungai?
"Di beberapa kasus kita sudah turun ke lokasi dan berkomunikasi dengan aparat kecamatan dan desa, agar langkah yang kita lakukan terintegrasi, mengingat buaya tersebut memang berada di habitatnya," kata Hutomo.
Dia menyebut, saat ini timnya sudah berangkat ke desa itu untuk menggali informasi dari pihak kecamatan dan pemerintahan desa.
"Kemungkinan besok anggota kita akan melakukan observasi awal ke TKP," sebut Hutomo. [RN]
ADVERTISEMENT