Konten dari Pengguna

Pencemaran di Sungai Cileungsi dan Cikeas Mengkhawatirkan, Pemerintah Pusat Diajak Turun Tangan

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
29 Maret 2019 0:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Kondisi Sungai Cileungsi maupun Sungai Cikeas yang membentang dari Kabupaten Bogor hingga Kota Bekasi saat ini sudah semakin mengkhawatirkan. Buktinya, belum lama ini, ditemukan banyak ikan sapu-sapu sebagai salah indikator pencemaran yang ditemukan mati mengambang di aliran kedua sungai tersebut.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini sempat menarik perhatian Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar. Beliau kemudian mengirim tim khusus untuk menyelidiki sumber pencemaran ini.
Kini, warga yang tergabung dalam Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) berharap, pemerintah pusat melanjutkan langkah penyelidikan dengan langkah penanganan. 
"Kami berharap pemerintah pusat menunjukan perhatiannya terhadap penanganan limbah di Cileungsi maupun Cikeas, setelah sebelumnya mengintervensi sungai Citarum hingga menjadi bersih belakangan ini," harap Ketua KP2C, Puarman usai Rapat Konsolidasi dan Perencanaan Program Kerja KP2C Tahun 2019, di Bogor, Sabtu (23/3) lalu.
Penanganan limbah di kedua sungai itu menjadi penting karena belakangan ini intensitas limbah yang mencemari sungai, khususnya Cileungsi, semakin sering. Baik limbah industri maupun limbah domestik (rumah tangga). Termasuk gunungan sampah bambu yang kerap ditemukan di aliran Sungai Cikeas.
ADVERTISEMENT
"Untuk limbah industri, instansi terkait sudah mengambil tindakan. Namun belum memberikan efek jera. Akibatnya, masih saja terjadi pembuangan limbah yang tidak melalui prosedur yang benar," jelas Puarman. 
Demikian halnya dengan limbah rumah tangga yang disinyalir juga menjadi sebab kedua sungai tercemar. Untuk itu, KP2C sebagai salah satu komunitas yang peduli terhadap kelestarian dan kebencanaan yang diakibatkan oleh kedua sungai tersebut, berharap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ikut aktif ambil bagian dalam penanganan. 
Puarman berharap, Kementerian PUPR hadir dalam bentuk pembangunan infrastruktur IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) lingkungan atau pun melalui program Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat), dan juga Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah.
ADVERTISEMENT
"Termasuk juga membangun infrastruktur TPS-3R (Tempat Pengelolaan Sampah, Reuse, Reduce, Recycle) di beberapa kawasan perumahan warga yang berpotensi menjadi penyebab pencemaran," ujar harap Puarman lagi.
Dengan pola ini limbah anorganik seperti plastik, kardus dan sejenisnya akan terseleksi dan bisa diolah menjadi barang yang bermanfaat. Sementara limbah organik diolah menjadi kompos dan sisanya dibuang ke TPA. Berdasarkan hitung-hitungan  Kementerian PUPR, dengan keberadaan TPS-3R beban TPA akan berkurang. Ini karena setidaknya 30 persen sampah sudah diolah di TPS-3R. [RN]