Peneliti LIPI: Satwa Liar Berpotensi Sebagai Reservoir Penyakit Berbahaya

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
Konten dari Pengguna
25 Mei 2019 0:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Indonesia sebagai salah satu negara mega biodiversity di dunia dikaruniai dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Salah satunya adalah keberadaan satwa liar. Keragaman satwa liar ini sudah selayaknya menjadi hal yang perlu dilestarikan. Meski begitu, hal ini menjadi tantangan tersendiri mengingat adanya potensi penyebaran penyakit oleh satwa liar atau dikenal dengan zoonosis. 
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati mengungkapkan, perlu upaya untuk terus memberikan informasi kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia pada masyarakat, mulai dari kekayaan fauna sampai mikroorganisme. 
Meski begitu, Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cahyo Rahmadi mengatakan, fauna liar yang secara alami dapat menyeberang lintas negara maupun dibawa dan dimanfaatkan oleh manusia untuk tujuan tertentu perlu menjadi fokus penelitian. Pasalnya, bukan tidak mungkin fauna liar ini membawa penyakit zoonosis. Salah satu contohnya dengan adanya temuan kasus cacar monyet atau monkeypox belum lama ini.
"Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus. Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang,” kata Cahyo saat ditemui Trubus.id di Jakarta, Selasa (21/5).
ADVERTISEMENT
Dirinya menjelaskan, kegiatan memasukkan jenis-jenis satwa dari luar Indonesia untuk kepentingan apapun, harus selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian. 
“Dalam lima tahun ke depan LIPI bekerjasama dengan kementerian terkait akan melakukan karakterisasi mikroba zoonosis dari prevalensi, distribusi, endemisitas dan etiologi sehingga dapat tersedia data dan peta hotspot infeksi zoonosis di Indonesia,” ucapnya kembali.
Lebih lanjut Cahyo mengungkapkan bahwa perubahan iklim bisa menyebabkan suatu kelompok hewan menjadi bermasalah.
"Hal ini bisa dipengaruhi karena curah hujan berlebihan atau musim kemarau ekstrem yang menyebabkan mikroorganisme dari satwa liat menjadi penyakit yang dapat menular ke manusia salah satunya monkeypox," urai Cahyo. [RN]
ADVERTISEMENT