Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Perlu Tahu, Proses Ilmiah di Balik Proses Pengomposan
14 September 2018 21:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Kulit pisang di tempat sampah pada akhirnya akan terurai secara alami, seperti semua sampah organik. Berkat mikroorganisme di lingkungan yang memakan sampah busuk.
ADVERTISEMENT
Pengomposan adalah proses yang bekerja untuk mempercepat peluruhan alami bahan organik. Dengan menyediakan kondisi ideal bagi organisme pemakan sampah untuk berkembang. Produk akhir dari proses penguraian yang terkonsentrasi ini adalah tanah kaya nutrisi yang dapat membantu tanaman dan pohon untuk tumbuh lebih baik.
Untuk sebagian orang, melakukan pengomposan mungkin terdengar mudah, atau sebaliknya, tak pernah terpikirkan sama sekali. Namun, apakah Trubus Mania tahu proses ilmiah di balik proses pengomposan? Bisa dengan mudah dilakukan di rumah. Daripada jadi limbah yang merusak lingkungan, lebih baik didaur ulang menjadi pupuk berguna, bukan? Berikut ulasannya.
Proses pengomposan
Mengutip LiveScience, mikroorganisme sangat penting dalam proses pengomposan. Dapat ditemukan di mana-mana, kata Matthew Worsham, koordinator kesinambungan dan energi di University of Dayton di Ohio.
ADVERTISEMENT
Baca Lainnya : Limbah Rumput Laut Sumber Pupuk Organik Terbaik
Kunci untuk pengomposan efektif adalah menciptakan lingkungan yang ideal bagi mikroorganisme untuk berkembang. Di samping suhu hangat, nutrisi, kelembapan dan banyak oksigen yang memadai. Ada tiga tahap utama dalam siklus pengomposan, di mana berbagai jenis mikroorganisme berkembang.
Tahap pertama hanya beberapa hari selama mikroorganisme mesofilik atau mikroorganisme yang berkembang dalam suhu sekitar 20 hingga 45 derajat Celcius, mulai secara fisik memecah senyawa biodegradable. Panas adalah produk sampingan alami dari proses awal ini, di mana suhu dengan cepat naik ke 40 derajat Celcius.
Mikroorganisme mesofilik digantikan oleh mikroorganisme termofilik, mikroorganisme yang berkembang dalam suhu tinggi, selama tahap kedua. Dapat berlangsung dalam hitungan hari hingga beberapa bulan. Mikroba termofilik bekerja untuk memecah bahan organik menjadi potongan potongan yang lebih halus. Suhu tinggi lebih kondusif untuk memecah protein, lemak, dan karbohidrat kompleks.
ADVERTISEMENT
Juga, selama tahap kedua, suhu terus meningkat. Jika tidak diawasi dengan ketat, tumpukan kompos bisa menjadi sangat panas sehingga akhirnya dapat mematikan semua mikroorganisme yang membantu. Teknik seperti aerasi dan membalik tumpukan kompos, membantu menjaga suhu di bawah 65 derajat Celcius serta menyediakan oksigen tambahan dan sumber-sumber baru bagi mikroorganisme termofilik untuk memecah.
Tahap ketiga biasa berlangsung selama beberapa bulan. Dimulai ketika mikroorganisme termofilik menggunakan pasokan senyawa yang tersedia. Pada tahap ini, suhu mulai turun cukup untuk mikroorganisme mesofilik melanjutkan kontrol tumpukan kompos. Menyelesaikan memecah bahan organik tersisa menjadi humus yang dapat digunakan.
Baca Lainnya : Pupuk Tanaman dari Kotoran Manusia, Terbukti Lebih Menguntungkan
ADVERTISEMENT
Organisme yang membantu
Ada dua kelas utama mikroorganisme pengomposan. Dikenal sebagai aerob dan anaerob, menurut Planet Natural.
Aerob adalah bakteri yang memerlukan kadar oksigen minimal 5 persen untuk bertahan hidup. Merupakan mikroorganisme pengomposan yang paling penting dan efisien, menurut University of Illinois. Aerob mengonsumsi limbah organik dan bahan kimia ekskresi seperti nitrogen, fosfor dan magnesium, yang nutrisi tanaman butuhkan untuk berkembang.
Mikroorganisme anaerobik adalah bakteri yang tidak memerlukan oksigen. Mereka juga tidak memproses sampah organik seefisien bakteri aerobik. Anaerob menghasilkan bahan kimia yang terkadang beracun bagi tanaman. Juga menyebabkan tumpukan pengomposan menjadi bau karena melepaskan hidrogen sulfida yang berbau seperti telur busuk.
ADVERTISEMENT
Sekitar 80 hingga 90 persen dari semua mikroorganisme yang ditemukan di tumpukan kompos adalah bakteri, menurut peneliti di Universitas Cornell. Persentase sisa mikroorganisme adalah spesies jamur.
Selain mikroorganisme, makhluk bermanfaat lain seperti serangga pil, lipan dan cacing, akan menemukan jalan ke tumpukan pengomposan jika kondisinya tepat. Hewan-hewan ini memecah sampah makanan dan bahan organik lainnya di tumpukan kompos. Membantu mengubah bahan limbah menjadi tanah yang kaya nutrisi.
Apa yang bisa dikomposkan
Perhatikan sampah dapurmu, karena banyak sekali yang bisa diolah menjadi kompos, seperti berikut.
Dedaunan kering yang ada di halaman rumah bisa digunakan untuk pengomposan. Foto: Trubus.id/ Diah Fauziah.
ADVERTISEMENT
Buah-buahan dan sayur-sayuran.
Cangkang telur.
Bubuk kopi dan filter.
Kantong teh.
Kulit kacang.
Cacah koran, kertas dan kardus.
Sampah kebun termasuk rumput, dedaunan, ranting, dan ranting.
Tanaman rumah.
Jerami.
Serbuk gergaji.
Kain katun dan wol.
Kain saring dari pengering dan vacuum cleaner.
Rambut dan bulu.
Abu perapian
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) merekomendasikan untuk mengubur limbah makanan jika menggunakan tumpukan pengomposan terbuka. Mencegah hama yang tidak diinginkan mencari makanan gratis seperti lalat, hewan pengerat dan rakun.
Apa yang tidak bisa dijadikan kompos
ADVERTISEMENT
Tidak semua sampah yang ada di rumah bisa dikomposkan.
Beberapa jenis daun dan ranting pohon. Misalnya kenari hitam, dapat melepaskan zat yang mungkin berbahaya bagi tanaman.
Batu bara atau abu batu bara lantaran mungkin, mengandung zat berbahaya bagi tanaman.
Produk susu, telur, lemak dan minyak serta daging atau sisa tulang ikan lantaran bau potensial yang menarik hama seperti hewan pengerat dan lalat.
Tanaman yang terkena penyakit atau serangga. Bagaimana pun, penyakit atau serangga dapat bertahan hidup dan diteruskan ke tanaman lain.
Kotoran hewan peliharaan, termasuk kotoran anjing dan kucing. Ada kemungkinan, kotoran hewan peliharaan mengandung parasit, bakteri atau virus berbahaya.
ADVERTISEMENT
Hiasan halaman yang terpapar pestisida. Asal Trubus Mania tahu, pestisida dapat membunuh organisme pengomposan.
Baca Lainnya : Daripada Jadi Limbah, Kulit Buah Ini Punya 6 Manfaat Lain Loh
Menurut North Dakota State University, kotoran ternak dari herbivora, termasuk sapi, domba dan kambing, sudah mengandung nitrogen dalam jumlah besar. Mengandung banyak mikroorganisme aerobik yang penting untuk pengomposan. Kotoran jenis ini biasanya bebas dari patogen berbahaya yang dapat ditemukan di kotoran hewan pemakan daging seperti kucing dan anjing.
Well, mungkin ini saatnya membuat perubahan gaya hidup untuk meminimalkan apa yang terjadi di tempat sampah, termasuk tidak membeli produk dengan kemasan plastik.
ADVERTISEMENT
Jika Trubus Mania tidak memiliki akses ke tempat pengomposan komersial, jangan ragu untuk memulai pengomposan sendiri di rumah dengan mengumpulkan tumpukan sampah di sudut halaman. Banyak toko yang menjual tempat sampah kompos dari berbagai jenis dan ukuran untuk mengakomodasi kebutuhan setiap rumah. [DF]