Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Petani Banten Ekspor Jagung Hingga Melon ke Hong Kong
31 Januari 2019 8:12 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Produksi komoditas pangan di Banten kian menjanjikan. Tidak heran jika petani di Pesisir Kabupaten Tangerang, Banten, mengekspor jagung hingga melon ke Hong Kong.
ADVERTISEMENT
"Setiap bulan, kami melakukan ekspor komoditas sayur dan buah sebanyak 20 ton," kata Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, Minggu (27/1).
Pertanian merupakan salah satu program unggulan Pemkab Tangerang demi ketahanan pangan dalam rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJMP) setempat.
Baca Lainnya :
Saat kunjungan kerja, Ahmed mendatangi kebun sayuran dan buah-buahan milik petani di kawasan pantai utara, Kecamatan Teluknaga. Di wilayah ini, jagung dan melon merupakan varietas unggulan petani. Padahal sebelumnya, kawasan tersebut kurang produktif ketika ditanami padi. Namun, saat petani melakukan peralihan dengan mencoba menanam jagung dan melon, hasilnya cukup menggirakan dan dianggap berhasil.
"Buktinya, jagung dan melon para petani bisa diekspor. Sekarang, petani mampu mengembangkan melon yang hasilnya mencapai 50 ton per hektare, dua kali lipat dari biasanya," jelas Ahmed, bangga.
ADVERTISEMENT
Oleh karena, ia mengharapkan pemerintah setempat melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan terus mengembangkan kawasan Teluknaga sebagai lahan produktif karena berpotensi besar di bidang pertanian holtikultura.
Baca Lainnya :
Ia berharap, masyarakat setempat dapat mempertahankan lahan yang terbatas itu supaya lebih produktif. Wajar, lahan pertanian di kawasan pesisir semakin berkurang karena pembangunan perumahan dan pergudangan, terutama di Kecamatan Kosambi, Sepatan dan Teluknaga. Banyak petani yang terpaksa menjual sawah karena dianggap tidak produktif. Akibatnya, lahan pertanian kian menyusut drastis setiap tahun.
"Selama ini, kebutuhan sayuran dan buah-buahan untuk daerah ini didatangkan dari provinsi lain. Di kemudian hari, jika petani aktif menggarap lahan yang terbatas itu, dipastikan ketahanan pangan lokal dapat diatasi," pungkasnya. [DF]
ADVERTISEMENT