Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Seperti Plastik, Tisu Basah Juga Bawa Beban Berat Bagi Lingkungan
9 Juli 2019 0:06 WIB
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dianggap aman bagi sebagian orang, tisu basah seringkali terbuat dari poliester, suatu bentuk plastik yang tidak terurai. Ditenun bersama dengan kapas, namun secara keseluruhan tisu bisa tetap bertahan di saluran air untuk waktu yang lama.
Baca Lainnya : Tisu Toilet VS Mesin Pengering Tangan, Mana Lebih Higienis?
Beberapa tisu basah telah direkayasa ulang oleh industri untuk dibuat dari bubur kayu, bahan yang biasa dipakai untuk membuat kertas toilet. Namun, mereka juga diperlakukan secara kimia untuk memastikan mereka bertahan lebih lama - dan sementara perusahaan kebersihan mengklaim mereka bisa rusak alias terurai, perusahaan air dan ilmuwan tidak setuju, dan mengatakan mereka masih sangat lambat untuk terdegradasi.
Ketika mereka akhirnya hancur, potongan-potongan plastik kecil yang tersisa menambah masalah mikro-plastik global, karena kehidupan laut mengkonsumsinya.
ADVERTISEMENT
Tisu Basah Penyumbang Mikroplastik
Menurut data yang diungkap oleh The National Ocean Service, plastik memang jenis puing laut yang paling umum ditemukan di laut, namun tisu basah juga merupakan penyumbang terbesar mikroplastik di perairan.
Bukan hanya menyebabkan tumpukan sampah, mikropastik dari tisu basah juga kerap dicerna oleh organisme laut yang akhirnya mungkin dikonsumsi oleh manusia.
Mengutip Paprika Living, penelitian tahun 2015 yang dilakukan oleh University of California menemukan bahwa sebagian besar ikan yang ada di pasar ikan di California dan Indonesia mengandung puing-puing berbahan plastik.
Baca Lainnya : Awas, Tisu di Meja Makan Jadi Sarang Bakteri
Ironisnya, selain memiliki banyak limbah yang sulit terurai, Indonesia hanya memiliki sedikit tempat pembuangan akhir, tempat pengumpulan limbah atau penampungan daur ulang, sehingga limbah sampah kerap dilempar ke laut yang pada akhirnya menjadi konsumsi oleh makhluk laut.
ADVERTISEMENT
Tisu Basah Menjadi ‘Fatberg'
Sebelum menjadi masalh di laut, tisu basah terlebih dahulu menjadi masalah besar di selokan-selokan dan saluran pembuangan di perkotaan. Begitu dibuang ke toilet, tisu basah dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran pembuangan, terutama ketika mereka berkumpul dalam jumlah besar.
Water UK adalah badan perusahaan air limbah di Inggris. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 mengungkapkan tisu basah terdiri dari 93 persen dari bahan yang membentuk penyumbatan. Dan tujuh puluh persen flounder di Sungai Thames, Inggris, memiliki plastik dalam sistem mereka, menurut sebuah studi baru-baru ini.
Dalam beberapa situasi ini mengarah pada penyumbatan besar dan tidak bergerak yang dikenal sebagai fatberg - yang diyakini ada setidaknya 12 di bawah London saat ini, sebagian besar dipantau oleh Thames Water. Tisu basah digabung dengan minyak goreng dan lemak lain untuk membuat benjolan besar yang harus diangkat dan dibongkar secara manual.
ADVERTISEMENT
Baca Lainnya : Awas, Jangan Gunakan Tisu Toilet untuk Membersihkan Wajah
Hal yang sama terjadi di Australia, yang membuat pemerintahnya harus merogoh kocek hingga $400.000 atau setara Rp4 miliar untuk mengatasi masalah penyumbatan yang dipicu tisu basah yang tidak bisa terurai di banyak saluran di kota.
Di Indonesia, meski belum terlalu dianggap sebagai ‘musuh besar’ layaknya plastik sekali pakai, namun penggunaannya sudah mulai dilarang di beberapa tempat. Menurut Paprika Living, penggunaan tisu basah sudah dilarang di beberapa pendakian gunung karena mengandung bahan kimia sehingga sulit terurai. Beberapa gunung yang menetapkan pelarangan tisu basah adalah Gunung Gede, Semeru, Ciremai. Bahkan sebenarnya penggunaan shampoo dan sabun juga dilarang.
Nah, bagaimana dengan Trubus Mania? Tampaknya kita harus mulai mengkaji untuk mengurangi pemakaiannya mulai kini, ya. Alternatif terbaik pembersih lain adalah dengan menggunakan kain katun yang sudah diberikan sabun ataupun minyak esensial, atau basuh dengan air dan keringkan dengan bahan. Selain bebas alergi, kita bisa kontrol kebersihannya, bukan? [NN]
ADVERTISEMENT