Setelah Gempa dan Tsunami, Banjir Bandang Ancam Sulteng Sepekan Kedepan

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
Konten dari Pengguna
19 Oktober 2018 0:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Hujan dengan intensitas tinggi diprediksi terjadi dalam sepekan kedepan. Untuk itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahaya banjir yang bisa terjadi karena kondisi ini.
ADVERTISEMENT
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan, beberapa daerah yang rawan bencana banjir ini diantaranya adalah Kota Palu, Sulawesi Tengah. Prediksi ini muncul lantaran curah hujan yang tergolong ekstrem di wilayah yang baru saja tertimpa musibah gempa dan tsunami tersebut.
Selain Kota Palu, ada juga beberapa wilayah lain di Sumatera dan Papua yang terancam bencana banjir bandang sepekan ke depan. 
Baca Lainnya : Kota Palu Mulai Diguyur Hujan, Pengungsi Butuh Terpal
"Wilayah banjir bandang yaitu, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua," ucap Dwikorita saat jumpa pers di kantornya, Senin (15/10). 
Ia menambahkan, Kota Palu memiliki kondisi geografis yang rawan banjir bandang. Hal ini mengingat daerah Palu adalah hilir dari sungai yang mengalir di pegunungan tektonik aktif. 
ADVERTISEMENT
"Ini harus ada inspeksi segera, benarkan, biasanya di hulu, dan tebing sangat rawan longsor. Ada potensi longsor, dan bisa saja apabila banyak longsor di atas, bisa sumbat sungai di atas dan potensi banjir bandang," ucap Dwikorita lagi.
Karena itu ia mengimbau masyarakat di daerah yang dinyatakan rawan banjir bandang untuk lebih waspada dan mengenali tanda-tanda datangnya banjir bandang. Adapun tanda-tanda itu yang pertama adalah air sungai yang tiba-tiba berwarna keruh atau mengalir bersama lumpur, pasir, bahkan disertai ranting-ranting kayu. 
"Kedua, bahkan disertai kenaikan muka air sungai sekitar 10 sampai 20 cm. Ketiga, cuaca di pegunungan atau perbukitan hulu sungai terlihat mendung atau berawan," ucap Dwikorita. 
Dwikorita mengingatkan, banjir bandang terjadi bukan karena ada hujan di daerah hilir, tapi hujan di daerah hulu. Untuk itu, perlu ada kewaspadaan dari masyarakat di aliran hilir sungai. 
ADVERTISEMENT
Baca Lainnya : Sumut dan Sumbar Dihantam Banjir Bandang dan Longsor , 22 Orang Meninggal
"Satu tanda saja, segera keluar dari lembah sungai meski tidak ada hujan. Karena banjir bandang sangat cepat, hanya beberapa detik," katanya lagi. 
Sementara itu ia menambahkan, di Pulau Jawa sendiri memang ada beberapa daerah rawan banjir bandang. Namun, Pulau Jawa belum dikatakan rawan karena belum terjadi curah hujan ekstrim.
"Dulu di Garut (Jawa Barat), Jawa Tengah, Brebes; Jawa Timur di Jember. Hanya, terjadi jika ada pemicu. Itu daerah rawan, belum terjadi karena memicu. Ini menunggu curah hujan ekstrim," ucap Dwikorita. 
Meski curah hujan ekstrim sepekan ke depan diprediksi belum terjadi di Jawa, namun Dwikorita tetap meminta kepada daerah-daerah di Jawa untuk tetap waspada sambil menunggu informasi cuaca. [RN]
ADVERTISEMENT