Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Terumbu Karang sebagai Penyerap Karbon adalah Anggapan Keliru
12 November 2018 0:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trubus.id -- Kepala Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dirhamsyah, mengklarifikasi anggapan sejumlah pengamat lingkungan dan ilmuwan yang menyebut terumbu karang sebagai penyerab karbon dioksida, sudah tidak tepat. Saat ini, ekosistem tersebut cenderung melepaskan karbon.
ADVERTISEMENT
"Turn over-nya terlalu cepat. Di satu sisi memang mengikat karbon dalam bentuk kalsium karbonat. Tapi, dengan meningkatnya karbon dioksida atmosfer, menyebabkan menurunnya pH laut yang justru menyebabkan kalsium karbonat terkikis dan melepas kembali karbonnya," jelas Dirhamsyah di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Pademangan, Jakarta Utara.
Foto: Pixabay/ csharker.
Alasan lain terumbu karang tidak bisa dimasukkan dalam konsep karbon biru karena kalsium karbonat bukan termasuk karbon organik. Akan tetapi, dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia dan Rencana Aksi Nasional (RAN) Gas Rumah Kaca (GRK), memungkinkan eksositem terumbu karang dimasukkan sebagai variabel.
Baca Lainnya : Selamatkan Terumbu Karang, Palau Larang Penggunaan Tabir Surya
"Konsepnya berbeda dengan karbon biru yang berpijak pada penyerapan karbon. Konsep yang ditawarkan adalah preserving avoided atau unintended emission. Jadi, mencegah kerusakan terumbu karang karena ketika terjadi kerusakan, semakin banyak karbon yang akan dilepas dari kalsium karbonat," jelas Dirhamsyah.
ADVERTISEMENT
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~End Page~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sebelumnya, para peneliti percaya bahwa terumbu karang berperan dalam penyerapan karbon. Itu karena, terumbu karang menghasilkan produktifitas primer yang sangat tinggi, sekitar 1500-3500 gC/m2/tahun. Produktifitas primer tersebut berasal dari tumbuhan dan Zooxanthelae yang berasosiasi dengan terumbu karang untuk berfotosintesis sangat besar.
Foto: Pixabay/ skeeze.
Zooxanthelae juga berfungsi menjaga terumbu karang dari berbagai faktor yang merusaknya. Demikian juga organisme kecil yang bernama plankton (fitoplankton) juga memiliki peran dalam siklus karbon di laut karena kebutuhannya untuk melakukan fotosintesis.
Baca Lainnya : Skin Divers atau Snorkeling, Perusak Terumbu Karang?
Indonesia yang terletak di jantung coral triangle dengan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia, memiliki 27,79 persen dari total terumbu karang di dunia dengan lebih dari 569 jenis karang. Banyaknya jenis karang di Indonesia menjadi daya tarik bagi para ilmuwan untuk menguak ketahanan berbagai karang tersebut. [DF]
ADVERTISEMENT