Konten dari Pengguna

Tim Gabungan Analisa Penyebab Gempa dan Tsunami Palu-Donggala

Trubus ID
Media online kekinian yang menyajikan informasi seputar gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan peristiwa terkait alam, lingkungan, sosial, serta pemberdayaan masyarakat untuk bumi kita yang lebih hijau dan lestari
30 September 2018 21:43 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Trubus ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo yang terjadi di Kabupaten Donggala, Sawesi Tengah mengakibatkan tsunami yang turut merenggut nyawa ratusan warga. Gempa berkekuatan dahsyat ini juga membuat bangunan runtuh dan hancur. Untuk itu, tim Ekpedisi Palu Koro yang terdiri dari berbagai elemen mencoba menganalisa apa penyebab tsunami di Palu, Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sukmandaru Prihatmoko yang juga tergabung dalam Ekspedisi Paku Koro menganalisis, penyebab gempa bumi yang terjadi di Palu karena adanya aktivitas sesar geser Palu Koro.
Meski begitu, menurutnya, sesar Palu Koro ini kecil kemungkinan untuk dapat menyebabkan tsunami. Bahkan pada aktivitas gempa yang berkekuatan Magnitudo 7,7.
Baca Lainnya : Uni Eropa Aktifkan Satelit Darurat, Bantu Evakuasi Tsunami di Palu
"Sampai saat ini kami belum bisa memastikan penyebab tsunami di Palu, tapi kamu menganalisa setidaknya ada tiga kemungkinan," kata Sukmandaru, di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Minggu (30/9).
Tiga kemungkinan tersebut adalah, pertama Sesar Palu Koro bergeser, dan memicu adanya longsor bawah laut. Kemudian longsor ini membawa massa yaitu tanah atau batuan yang menimpa air laut dan membuat tsunami.
ADVERTISEMENT
Kedua, patahan tersebut memicu bergeraknya atau naiknya patahan di tempat lain dan diduga bisa terpicu penyebab tsunami. Ketiga karena patahan flower structure.
"Memang, harusnya patahan ini bergeser biasa, tapi di satu titik di dasar laut, ada titik yang berkumpul dan membuat pola seperti bunga. Sehingga mendesak air di atasnya dan memicu tsunami," tambahnya lagi.
Baca Lainnya : Ingin Bantu Korban Gempa Donggala dan Tsunami Palu? Ini Kebutuhan Mendesak Mereka
Tapi, dari tiga kemungkinan itu yang paling kuat dugaannya adalah adanya longsor bawah laut. Bukan tanpa alasan, hal ini disebabkan oleh keruhnya air laut ketika bencana ini datang.
"Kalau tsunami yang di Teluk Palu itu airnya keruh sekali. Sementara tsunami di Donggala lebih jernih. Maka kemungkinan ada material yang longsor di dasar laut, mengotori air dan terbawa ke daratan," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Sukmandaru ada ada tiga jenis pergerakan lempeng. Pertama konvergen yaitu antara lempeng saling bertabrakan. Kedua divergen dimana lempeng saling berjauhan, dan ketiga transform atau sesar yang mana lempeng hanya saling bergeser.
"Tsunami di Donggala dan Palu kemungkinan karena aktivitas lempeng saling bertabrakan," tegas Sukmandaru. [NN]