Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Sistem Pendidikan di Timur Tengah
1 November 2022 21:59 WIB
Tulisan dari Tri Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilmu Pengetahuan merupakan aspek terpenting dalam perkembangan peradaban. Dalam Islam, ilmu pengetahuan mendapatkan perhatian serius sebagaimana terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an maupun hadis-hadis Nabi. Secara garis besar, perkembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam dibagi menjadi tiga fase yaitu, Periode Klasik (650-1250 M), Periode Pertengahan (1250-1800 M), dan Periode Modern (1800 M – Sekarang).
ADVERTISEMENT
Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun al Rasyid dan diteruskan putranya yaitu al-MA’mun. Pada masa kejayaan ini ditandai dengan berkembangnya berbagai lembaga pendidikan, baik formal yaitu berupa madrasah (sekolah) dan nonformal yang berupa kutab, pendidikan di istana, toko-toko buku, rumah-rumah ulama, majelis kesusasteraan, badiah, rumah sakit, perpustakan, dan ribath. Selain itu juga berkembang ilmu pengetahuan sebagai mercusuar bagi pendidikan Islam pada masa yang akan datang.
Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan yang sangat berpengaruh dalam mengubah peradaban dunia dalam bidang falsafah, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan lain-lain yang selanjutnya dikembangkan oleh ilmuan lain hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Tokoh dan bidang ilmu yang digeluti
• Abu Musa Jabir bin Hayyan (750 – 803 M)
Jabir ibn Hayyan hidup pada masa dua dinasti, yakni akhir kekhalifahan Umayyah dan awal kekhalifahan Abbasiyah. Jabir bin Hayyan mengembangkan teknik percobaan sistematis dalam penelitian kimia sehingga percobaan dapat direproduksi kembali. Keahliannya ini didapatnya dengan berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun al-Rashid di Baghdad.
Kontribusi Jabir bin Hayyan dalam ilmu kimia antara lain penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan penguapan, pe,nuatan kapur, pemurnian, amalgamasi, sematan (fixation), dan oksidasi-reduksi. Beliau dikenal sebagi “Bapak Kimia Modern” dengan karya yang terkenal adalah Kitab al-Kimya “The Book of the Composition Alchemy”.
• Muhammad Musa Al-Khawarizmi ( 780 – 850 M)
ADVERTISEMENT
Muḥammad bin Musa al-Khwarizmi lahir pada 783 M di Persia pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah. Pada masa itu, perkembangan islam dalam ilmu pengetahuan sangat pesat. dia menjelaskan cara penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian menggunakan sistem bilangan ini. dia memberikan solusi sebagai langkah berurutan, sehingga memperkenalkan konsep algoritma. Al-Khawarizmi juga mempelajari dan menemukan sistem astronomi dan penanggalan Ibrani.
Julukan Bapak Aljabar Dunia disematkan kepada al-Khwarizmi karena sosok ini merupakan penemu operasi aljabar dalam matematika. Selain itu, al-Khwarizmi juga dikenal ahli dalam bidang astronomi, astrologi, geografi, dan lainnya. Karyanya, al-Jabr wal-Muqabala digunakan buku matematika rujukan berbagai perguruan tinggi di Eropa.
• Muhammad bin Zakariya ar-Razi (865 – 925 M)
Muhammad bin Zakariya ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 865 - 925. Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi.
ADVERTISEMENT
Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. ar-Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri. Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda.
• Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi (936 – 1013 M)
Ibnu al-Haitsam dilahirkan di Basrah pada tahun 354 H atau 965 Masehi. Beliau adalah seorang ilmuwan Islam yang berpengaruh dalam bidang kemajuan teknologi, sains, falak, matematika, geometri, pengobatan dan filsafat. dia banyak pula melakukan penelitian mengenai cahaya, dan telah memberikan banyak inspirasi pada ahli Sains Barat, seperti Roger Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.
ADVERTISEMENT
Ibnu Haitsam juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar, dan dari situ ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan di Italia untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia.
Dalam bidang optik, al-Haytham bahkan digelari ilmuwan zaman modern sebagai "Bapak Ilmu Optik Modern." Karyanya telah terhimpun dan masih dapat dijumpai hingga kini, yaitu Kitab al-Manazir, diterjemahkan jadi The Book of Optics.
• Abu Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni (973 – 1045 M)
Al- Biruni dilahirkan di kota Khawarazm, Persia pada tahun 973 M. Al-Biruni merupakan ilmuwan yang membedakan antara astronomi dengan astrologi, di mana dia menghasilkan beberapa karya yang penting dalam bidang ini. Atas kontribusinya ini dia dinobatkan sebagai ‘Bapak Geodesi’.
ADVERTISEMENT
Al-Biruni menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi dan membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia. Dari 150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya dia dedikasikan untuk bidang astronomi. Dalam hal ini Al-Biruni berperan besar dalam aturan matematika seperti sinus, cosinus, secan, cosecant.
Sementara itu dalam bidang optik, Al-Biruni bersama Ibn al-Haitham, telah menemukan bahwa kecepatan Cahaya lebih cepat dari kecepatan suara. Sedangkan dalam bidang ilmu-ilmu sosial, Al-Biruni dipandang sebagai antropologi pertama di dunia. dia menulis secara terperinci berkaitan dengan antropologi manusia, agama, dan budaya di Timur Tengah, Mediterania, serta Asia Selatan.
• Abu ‘Ali al-Husayn bin ‘Abdullah bin Sina (980 – 1037 M)
ADVERTISEMENT
Ibnu sina lahir pada 980 di Afyahnah di daerah dekat Bukhara dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan,Persia (Iran). Beliau dinobatkan sebagai "Bapak Pengobatan Modern" dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan Referensi di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Salah satu penemuan dari Ibnu Sina masih dipakai sampai saat ini adalah etanol. seperti yang diketahui etanol merupakan salah satu cairan yang banyak dipakai di kedokteran. Gunanya adalah untuk membunuh mikroorganisme yang berpotensi menyebabkan infeksi pada tubuh pasiennya.
Temuan selanjutnya dari Ibnu Sina lainnya ada teori penularan TBC. seperti yang sudah diketahui TBC adalah salah satu virus berbahaya yang berbahaya dan mudah menular. Hingga akhirnya Ibnu Sina berhasil menjadi ilmuwan pertama mengemukakan kevalidan dari penemuannya ini.
ADVERTISEMENT
Lembaga- lembaga Pendidikan sebelum Madarasah
• Rumah Ulama
rumah pertama yang dijadikan lembaga pendidikan Islam oleh Rasulullah saw. selain rumah beliau sendiri adalah rumah al-Arqam bin Abi al- Arqam, dalam bahasa Arab rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam disebut darularqam.
• Suffah
Suffah adalah lembaga pendidikan Islam yang didirikan oleh Rasulullah saw. di sebelah masjid untuk orang yang tidak mampu. Lembaga ini pada awalnya untuk belajar al-Qur’an, tetapi kemudian berkembang menjadi dasar-dasar berhitung, kedokteran, astronomi dan ilmu fonetik.
• Kuttab
Kuttab adalah lembaga pendidikan dasar tempat belajar tulis menulis, kemudian pada masa Islam lembaga ini berkembang menjadi lembaga pengajaran al-al quran dan ilmu agama tingkat dasar.
• Halaqah
Halaqoh artinya lingkaran, yaitu murid-murid duduk di lantai melingkari gurunya. Kegiatan halaqoh ini bisa terjadi di masjid atau di rumah-rumah.
ADVERTISEMENT
• Majelis
majelis berarti sesi pada masa aktivitas pengajaran atau diskusi berlangsung dan belakangan majelis diartikan sebagai sejumlah aktivitas pengajaran, sebagai contoh, majelis al-Nabawi, artinya majelis yang dilaksanakan oleh nabi atau majelis al-Syafi’i artinya majelis yang mengajarkan fiqih Imam Syafi’i
• Khan
Khan adalah gudang penyimpanan barang dalam jumlah yang besar, sebagai sarana komersial yang dimiliki oleh toko. Selain itu khan juga berfungsi sebagai asrama bagi murid-murid dari luar daerah yang ingin belajar agama di masjid. Di samping fungsi tersebut di atas khan juga berfungsi senagai tempat belajar privat.
• Ribath
Ribath adalah tempat kegiatan kamu sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan mengkonsentrasikan diri untuk ibadah semata-mata.
ADVERTISEMENT
• Perpustakaan
Perpustakaan dan Toko buku merupakan tempat di mana terdapat kumpulan-kumpulan atau koleksi buku yang dapat dibaca-baca. Perpustakaan berkembang luas pada masa Abbasiyyah, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan pribadi.
• Rumah Sakit
Rumah sakit berfungsi sebagai tempat untuk merawat dan mengobati orang sakit, serta sebagai tempat mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan.
• Baadiah
Badiah adalah padang pasir, dusun tempat tinggalnya orang Badwi. Orang badwi yang tinggal di badiah-badiah tetap mempertahankan keaslian dan kemurnian bahasa Arab. Banyak anak-anak khalifah, ulama-ulama dan para ahli ilmu pengetahuan pergi ke badiah-badiah dalam rangka mempelajari ilmu bahasa dan kesusasteraan Arab. Dengan begitu badiah-badiah telah berfungsi sebagai lembaga pendidikan.
Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa latin “curriculum” yang berarti pelajaran, selanjutnya kata kurikulum menjadi istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mecapai suatu tujuan atau ijazah.
ADVERTISEMENT
Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah Al-al quran, pokok-pokok agama Islam, membaca, menulis, kissah (riwayat), berhitung dan pokok-pokok nahwu dan sharaf. Sedangkan untuk anak-anak penguasa dan amir-amir, kurikulum tingkat rendah sedikit berbeda, di istana-istana biasanya ditegaskan pengajaran Khitabah, sejarah, cara-cara bergaul, di samping ilmu-ilmu pokok seperti Al-al quran.
Setelah usai menempuh tingkat dasar (rendah), siswa bebas memilih bidang studi yang ingin didalami ditingkat menengah (lanjutan). Umumnya rencana pengajaran pada tingkat ini adalah Al-al quran, bahasa Arab, dan kesusasteraan, fiqhi, tafsir, hadis, nahwu, sharaf, ilmu alam, dan kedokteran dll.
Metode Pengajaran
Dalam rangka mentransfer ilmu pengetahuan dari seorang guru kepada peserta didik secara langsung digunakan pada maa Dulah Abbasiyah adalah metode lisan, hafalan dan tulisan.
ADVERTISEMENT
Metode lisan bisa berupa dikte, ceramah, qiraat dan diskusi. Dikte (imla’) adalah metode untuk menyampaikan pengetahuan yang dianggap baik dan aman, karena pelajar mempunyai catatan.
Metode ceramah disebut juga al-asma’, sebab dalam metode ceramah, guru membacakan bukunya atau menjelaskan isi buku, sedangka murid mendengarnya.
Pada saat-saat tertentu guru berhenti dan memberi kesempatan kepada pelajar-pelajar untuk menulis dan bertanya. Metode qira’ah atau membaca, biasanya digunakan untuk belajar membaca. Sedangkan diskusi merupaka metode yang khas dalam pendidikan islam pada masa kejayaannya itu.
Hubungan Guru dan Murid
Hubungan guru dan murid sebagai hubungan orang tua dan anak. Guru akan mengajar anak didiknya dengan rendah hati. Jika guru menemui anak didiknya berbuat salah, dia akan menegurnya dengan lemah lembut tidak dengan kasar, tetapi kadang juga kasar ketika guru tidak dapat menguasai muridnya.
ADVERTISEMENT
di samping guru memperhatikan tingkah laku anak didiknya, dia juga memperhatikan kemampuan murid dalam belajar. Dengan melihat kemampuan simurid, guru sering memberikan petunjuk kepada anak didiknya tentang pelajaran apa yang cocok bagi mereka .
Pada pendidikan tingkat tinggi murid-murid bebas memilih guru yang mereka sukai yang dianggapnya paling baik, tetapi itu pun juga tergantung persetujuan sang guru dalammemberikan izin kepada mereka.
Di antara ciri khas pendidikan pada masa dinasti Abbasiyah adalah teacher oriented , yaitu kualitas suatu pendidikan tergantung pada guru. Pelajar bebas mengikuti suatu pelajaran yang dikehendaki