Konten dari Pengguna

Metode Waste-to-Energy pada Energi Terbarukan, Manakah yang Lebih Efektif?

Tsabita Arinal Haq
Mahasiswa S1 Fisika Universitas Airlangga
13 Juni 2022 22:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tsabita Arinal Haq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Proses konversi limbah menjadi energi atau yang biasa disebut dengan waste-to-energy. Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Proses konversi limbah menjadi energi atau yang biasa disebut dengan waste-to-energy. Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Energi terbarukan adalah sumber energi yang bisa dimanfaatkan terus menerus dan tersedia melimpah di alam. Indonesia memiliki potensi besar sumber energi terbarukan. Menurut Kementerian ESDM, total potensi energi terbarukan Indonesia mencapai 417,8 gigawatt (GW).
ADVERTISEMENT
Sumber energi terbarukan yang banyak dipakai adalah energi surya, panas bumi, air, dan angin. Namun sebenarnya ada potensi lain yang juga melimpah keberadaannya dan bisa dimanfaatkan sebagai energi terbarukan yaitu limbah. Pengolahan limbah menjadi energi telah banyak diteliti, salah satunya di bidang konversi limbah menjadi energi atau yang biasa disebut waste-to-energy. Teknologi waste-to-energy mencakup dua metode yaitu termal dan biologis. Secara umum, metode termal berkaitan dengan pembakaran dan reaksi kimia, sedangkan metode biologis merupakan proses alami yang bergantung pada mikroorganisme
Lantas metode apa sih yang paling efektif dalam teknologi waste-to-energy? Berikut merupakan perbandingan antara metode termal dan biologis.

Energi pengoperasian sistem

Perbedaan antara metode termal dan biologis yang pertama adalah pada metode termal membutuhkan pasokan energi untuk mengoperasikan sistem. Akan tetapi metode biologis tidak membutuhkan suplai energi tambahan. Prosesnya bisa terjadi dengan sendirinya di alam bebas. Hal ini tentunya juga berpengaruh terhadap biaya yang dibutuhkan serta kemudahan untuk dilakukan.
ADVERTISEMENT

Jenis limbah yang dapat diolah

Metode termal menghasilkan kinerja tinggi dalam menguraikan beberapa jenis limbah. Karena memanfaatkan pembakaran dan reaksi kimia, metode termal bisa mengkonversi lebih banyak jenis limbah yang ada. Berbeda dengan metode biologis yang memiliki kemampuan terbatas untuk menguraikan sampah non-biodegradable.

Lama proses berlangsung

Waktu tinggal dekomposabilitas biologis diperkirakan antara 20-60 hari karena memang prosesnya bertumpu pada mikroorganisme yang ada. Menariknya, proses termal dapat membakar limbah hanya dalam hitungan detik hingga satu jam!

Efektivitas energi terbarukan yang dihasilkan

Di dalam hal efektivitas energi, teknologi konversi termal dapat menghasilkan listrik dalam jumlah besar, misalnya dari 1 ton limbah, proses termal dapat menghasilkan antara 544 dan 820 kWh, sementara pengolahan biologis menghasilkan energi listrik 312,12 kWh saja.
ADVERTISEMENT
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa walaupun metode biologis tidak memerlukan energi tambahan dalam prosesnya, tetapi dalam segi efektivitasnya lebih rendah daripada metode termal. Metode termal memiliki kinerja yang lebih baik dan menghasilkan output yang lebih besar daripada metode biologis. Oleh karena itu, metode yang dinilai paling efektif dalam teknologi waste-to-energy adalah metode termal .