Konten dari Pengguna

Peran Pemuda dalam Masyarakat : Festival "Grebeg Ojeg" di Kampung Drojogan

TSANI ALWIN CHAFIDHOH
Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dari amorfati jadi amerta, amin jangan?
18 Januari 2021 12:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari TSANI ALWIN CHAFIDHOH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Tsani Alwin Chafidhoh Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

kompeba (komunitas petruk bagong)
zoom-in-whitePerbesar
kompeba (komunitas petruk bagong)
ADVERTISEMENT
Interaksi sosial dalam masyarakat perkampungan cenderung masih sangat kuat, seperti adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Adat istiadat atau tradisi di kampung biasanya identik dengan keagamaan dan kekeluargaan seperti mujahadah, yasinan, kenduri, sadranan, gotong royong, sambatan hajatan, keolahragaan, dan masih banyak lagi. Mungkin di beberapa daerah di Indonesia sudah mulai luntur bahkan sudah hilang tapi tidak dengan Kampung Sunyi Drojogan. Kampung ini terletak di sebuah kecamatan yang cukup maju yaitu Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Kampung ini sangat unik karena wadah kekeluargaan yang masih begitu terasa membuat semuanya kompak dan memiliki solidaritas tinggi sehingga meningkatkan toleransi antar umat beragama maupun budaya. Peran pemuda dalam kegiatan kemasyarakatan juga sangat diperlukan. Penting dengan mengadakan rapat pemuda untuk saling bertukar pikiran dan pendapat demi mewujudkan masyarakat yang madania (aman, damai, nyaman, indah dan asri).
ADVERTISEMENT
kerja bakti pemuda
Berbeda dengan kampung lainnya, kampung halamanku ini masih kental akan budaya masyarakat bahkan mempunyai event tahunan yang sudah dianggap sebagai salah satu warisan budaya di Kabupaten Magelang. Event ini dinamakan “Grebeg Ojeg” alasannya yaitu karena sebagian besar mata pencaharian masyarakat disini penjual ojeg.
grebeg ojeg ke-6
Acara ini digelar sebagai bentuk rasa syukur atas kelimpahan rezeki selama satu tahun terakhir yang biasanya dilaksanakan pada bulan Oktober sebagai tanda bahwa pemuda Indonesia masih menjujung tinggi nilai kebudayaan. Para pemuda dan masyarakat berkonstribusi ikut mengarak ojeg keliling desa dengan baju yang dibuat dari koran, dari sampah plastik yang layak pakai, dan kostum-kostum unik lainnya. Ojeg yang disajikan merupakan makanan ringan yang terbuat dari perpaduan tepung kanji dan tepung terigu, dipadukan dengan bumbu-bumbu tradisional yang khas sehingga memiliki rasa yang enak dan gurih. Tidak hanya sebagai penjual ojeg saja, pemuda Kampung Drojogan atau sebut saja KOMPEBA (Komunitas Petruk Bagong) bergerak aktif di bidang percetakan kaos, undangan, banner, serta beberapa karya lainnya yang bahkan tidak jarang ada kunjungan untuk melakukan pelatihan kewirausahaan. Selain dikenal sebagai kampung ojeg dan kampung kaos, keagamaan di Kampung Drojogan ini masih berpegang teguh dengan budaya leluhur contohnya sadranan, mujahadah ibu-ibu setiap malam Minggu, yasinan setiap malam Jum’at yang dilakukan oleh bapak-bapak pada umumnya. Kegiatan keagamaan maupun kebudayaan ini masih bisa dianggap memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Peran penting Pancasila memberikan bukti bahwa kelima butir Pancasila bukan hanya kata, melainkan wujud nyata yang ada dalam negara. Sebagai buktinya kelima sila berkontribusi besar dalam implementasi kehidupan sehari-hari :
ADVERTISEMENT
Sila pertama, terwujud dalam bentuk rasa syukur kepada Tuhan dengan berbagai cara mensyukurinya. Hal ini bisa dilihat dari masyarakat itu sendiri yang menyadari bahwa kita hidup dibawah kuasa Tuhan. Menyerahkan sepenuhnya hidup kita kepada Sang Pencipta. Sila ini menjelaskan bahwa setiap individu bebas memeluk kepercayaan tanpa adanya keterpaksaan, pun dengan agama yang memerintahkan cinta tanah air. Jika keduanya berjalan dengan baik tercapailah cita-cita Indonesia.
Sila kedua, terwujud adanya rasa kemanusiaan, sadar sama-sama makhluk hidup dan memilki derajat yang sama. Tanpa adanya banding satu sama lain melahirkan kekeluargaan yang sangat kuat. Pada dasarnya, setiap manusia memiliki hak hidup yang sama dan dilindungi oleh undang-undang.
Sila ketiga, terwujud dalam persatuan bahasa, budaya, ras, suku, dan bangsa juga tampak didalam Kampung Drojogan. Tentunya, dalam satu kesatuan masyarakat memiliki latarbelakang yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Sila keempat, dalam setiap acara yang dilaksanakan pasti diawali dengan musyawarah yang biasanya dipimpin oleh ketua RT setempat, kades, tokoh-tokoh agama maupun sesepuh guna melahirkan keputusan yang baik dan adil tanpa adanya rasa penindasan suatu pihak.
Sila kelima, keadilan sosial tertuang dalam acara pengajian, setelah selesai acara pengajian adanya makanan ringan maupun nasi kotak sebagai bentuk rasa terimakasih kepada warga sekitar karena telah menghadiri acara pengajian tersebut. Pembagian ini merata tanpa memihak satu golongan. Contoh lainnya pada saat selesai kegiatan gotong royong, pasti ada makanan yang disiapkan ibu-ibu sebagai imbalannya.
Hubungan Pancasila dengan sosial budaya dalam masyarakat memang tidak bisa dipisahkan. Dalam setiap permasalahan yang terjadi dalam masyarakat selalu membutuhkan Pancasila sebagai pedomannya. Misalnya, dengan mempertemukan kedua belah pihak yang berselisih untuk saling bicara mengenai masalah apa yang terjadi. Dapat kita simpulkan bahwa Pancasila memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Wilayah Indonesia yang sangat luas ini terbentuk dari berbagai kebudayaan, adat istiadat, kebiasaan yang saling memengaruhi perkembangannya. Oleh karena itu, Pancasila turut aktif dalam menjaga persatuan dan kesatuan dalam hidup berbangsa maupun bernegara.
ADVERTISEMENT
Persatuan Indonesia tidak lepas dari hukum yang mengikat masyarakat atau suatu kelompok guna mengatur tatanan hidup yang aman dan tertib. Hukum atau norma serta nilai-nilai dalam masyarakat ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis. Contoh yang tertulis yaitu setiap Hari Minggu diadakan kerja bakti jika tidak bisa hadir karena ada urusan lain dapat menggantikannya dengan uang atau disebut denda. Norma atau nilai-nilai yang tidak tertulis seperti “unggah-ungguh” atau nilai kesopanan kepada yang lebih tua. Namun, nilai-nilai tersebut cenderung memudar karena adanya faktor seperti kemajuan tekhnologi dan lain-lain.
Faktor memudarnya norma masyarakat biasanya terjadi pada kalangan remaja. Penyebabnya tidak lain yaitu faktor lingkungan khususnya keluarga. Dalam keluarga yang muda harus patuh kepada yang lebih tua. Membiasakan mengucapkan “terimakasih” setelah meminta tolong atau mengucapkan “maaf” setelah melakukan kesalahan serta pentingnya menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Dua kata (terimakasih/maaf) yang terkesan sepele tetapi pengaruhnya besar. Jika tidak dibiasakan tidak menutup kemungkinan anak tersebut menjadi angkuh dan seenaknya.
ADVERTISEMENT
Pendidikan juga berpengaruh penting dalam membentuk karakter pribadi seseorang. Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila jelas saling memengaruhi satu sama lain. Tujuannya yaitu dengan mewujudkan warga negara yang paham mengenai tatanan kenegaraan, politik, dan hidup sesuai dengan standar perilaku yang berlaku.
Beberapa norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sebagai berikut :
1.Norma Agama : dalam kitab dijelaskan bahwa setiap orang yang melanggar maka jelas mendapatkan sanksi/efek jera.
2.Norma Kesopanan : pada dasarnya norma ini menekankan pada nilai kesopanan perkataan, penampilan, dan perbuatan. Contoh kecilnya seperti memakai baju yang tertutup.
3.Norma Hukum : berkaitan dengan agama, sama-sama memberikan sanksi bagi pelaku pelanggaran hukum. Norma ini lahir bertujuan mewujudkan masyarakat yang aman dan damai.
ADVERTISEMENT
4.Norma Susila : norma ini berkaitan dengan norma kesopanan dimana norma susila membentuk cara interkasi individu dengan individu lainnya. Salah satu contoh penerapannya yaitu menolong tetangga yang sedang kesusahan. Norma ini juga memiliki sanksi bila dilanggar seperti dikucilkan oleh masyarakat sekitar.
Ruang lingkup hukum atau norma pun berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Secara keseluruhan hukum yang berlaku dalam masyarakat dapat dikatakan sebagai budaya hukum.
Masyarakat harus patuh pada hukum yang berlaku, sesuai dengan aturannya bila melanggar maka akan mendapatkan sanksi. Dengan begitu terwujudlah suatu bangsa yang indah.
ADVERTISEMENT