Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Melekat, Menjauh, atau Takut Dicintai? Ini Cara Mengenali Gaya Cintamu
12 Mei 2025 12:27 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Siti Annisa Nasywa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernah nggak sih kamu merasa terlalu lengket sama pasangan, atau malah justru ingin kabur saat hubungan mulai terasa dekat? Atau kamu selalu merasa nggak cukup dicintai meski dia sudah berusaha keras buat kamu?
ADVERTISEMENT
Kalau iya, bisa jadi kamu sedang bermain di medan tak terlihat bernama attachment style. Istilah ini memang terdengar akademis, tapi dampaknya begitu nyata: memengaruhi bagaimana kita mencintai, dicintai, dan bertahan dalam hubungan.
Apa Itu Attachment Style?
Konsep attachment style pertama kali diperkenalkan oleh psikoanalis John Bowlby dan dikembangkan oleh Mary Ainsworth. Secara sederhana, ini adalah pola keterikatan emosional yang terbentuk sejak masa kecil, khususnya dari relasi kita dengan orang tua. Pola ini akan terbawa hingga dewasa dan memengaruhi cara kita menjalin hubungan dengan orang lain—terutama pasangan.
Ada empat jenis attachment style, dan masing-masing punya "warna" yang khas. Tidak ada yang benar atau salah, tapi memahami gaya keterikatan kita bisa jadi langkah awal untuk memperbaiki cara kita mencintai dan dicintai.
ADVERTISEMENT
1. Secure Attachment: Nyaman Mencintai dan Dicintai
Orang dengan secure attachment biasanya tumbuh dengan pola asuh yang hangat dan konsisten. Mereka tahu bagaimana rasanya dicintai tanpa syarat, sehingga saat dewasa, mereka pun mampu memberi cinta yang sehat.
Mereka nyaman dekat dengan orang lain, bisa mengatur emosi dengan baik, dan tidak takut ditinggalkan. Dalam hubungan, mereka bukan hanya pasangan yang suportif, tapi juga teman diskusi yang bisa diandalkan.
2. Avoidant Attachment: Cinta Boleh, Dekat Jangan
Pernah kenal orang yang bilang cinta, tapi langsung menjauh saat hubungan mulai serius? Itu mungkin avoidant attachment.
Mereka biasanya dibesarkan dalam lingkungan yang menekankan kemandirian berlebihan atau kurang kehangatan emosional. Akibatnya, mereka belajar untuk tidak bergantung pada siapa pun.
ADVERTISEMENT
Mereka cenderung merasa risih dengan kedekatan emosional dan bisa merasa “terancam” saat pasangan terlalu mendekat. Hubungan bagi mereka kadang terasa seperti beban, bukan tempat bernaung.
3. Anxious Attachment: Takut Ditinggalkan, Butuh Dipastikan
Orang dengan anxious attachment seringkali merasa cemas akan ditinggalkan. Mereka butuh validasi terus-menerus dari pasangan, dan jika tidak mendapatkannya, akan merasa tak dicintai.
Biasanya ini tumbuh dari pola asuh yang inkonsisten: kadang diberi perhatian, kadang diabaikan. Akibatnya, mereka besar dengan rasa tidak aman dalam relasi.
Mereka bisa sangat mencintai, tapi juga bisa terlalu melekat. Cemburu, overthinking, dan butuh kepastian adalah bagian dari keseharian mereka.
4. Disorganized Attachment: Antara Ingin Dekat Tapi Takut Terluka
Ini gaya keterikatan yang paling kompleks. Disorganized attachment biasanya lahir dari pengalaman traumatis, seperti kekerasan atau pengabaian di masa kecil.
Orang dengan gaya ini bisa menginginkan cinta, tapi juga merasa takut saat mulai merasa dekat. Mereka cenderung bingung, kadang hangat, kadang dingin. Hubungan dengan mereka terasa seperti rollercoaster—penuh ketegangan emosional.
ADVERTISEMENT
Dalam banyak kasus, attachment style ini juga berkaitan dengan kondisi kesehatan mental yang lebih serius, seperti depresi atau gangguan kepribadian. Tapi bukan berarti tidak bisa dipulihkan.
Kenapa Ini Penting untuk Dipahami?
Attachment style bukan vonis hidup. Gaya keterikatan kita bisa berubah seiring waktu, pengalaman, dan kesadaran diri. Bahkan orang dengan insecure attachment bisa belajar menjadi secure, apalagi jika dibantu oleh lingkungan suportif atau terapi.
Dengan mengenali pola ini, kita bisa lebih memahami diri sendiri dan orang lain. Kita bisa tahu kenapa kita sering overthinking saat ditinggal pasangan, atau kenapa kita merasa butuh waktu sendiri padahal sedang mencintai seseorang.
Karena kadang, masalah kita bukan karena “salah orang”, tapi karena pola lama yang belum sempat sembuh.
ADVERTISEMENT