10 PTN Terpapar Radikalisme, Sikap Mahasiswa Dipertanyakan

Konten Media Partner
11 Oktober 2019 19:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Agung Wibawanto, Alumni UGM Setia Pancasila (kanan), Yuni Satia Rahayu, Alumni UGM Setia Pancasila (tengah), saat gelar konferensi pers "Menolak Politisasi Agama di Kampus" di University Club UGM, Jumat (11/10/2019). Foto: Dion.
zoom-in-whitePerbesar
Agung Wibawanto, Alumni UGM Setia Pancasila (kanan), Yuni Satia Rahayu, Alumni UGM Setia Pancasila (tengah), saat gelar konferensi pers "Menolak Politisasi Agama di Kampus" di University Club UGM, Jumat (11/10/2019). Foto: Dion.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu terakhir, para mahasiswa di berbagai pelosok Indonesia turun ke jalan. Mereka mengangkat isu-isu yang sedang hangat, seperti RKUHP, UU KPK, dan RUU PKS. Sebagai kelompok yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap isu-isu bangsa, mereka banyak dipuji karena menyuarakan suara masyarakat banyak. Namun mereka tidak mengangkat satu isu yang secara diam-diam menggerogoti persatuan dan kesatuan bangsa.
ADVERTISEMENT
"Kenapa mahasiswa juga tidak menyoroti permasalahan radikalisme yang sudah masuk ke lingkungan pendidikan? Bagaimana sikap mereka terkait hal tersebut?" ujar Agung Wibawanto dari Alumni UGM Setia Pancasila saat konferensi pers "Menolak Politisasi Agama di Kampus" di University Club UGM, Jumat (11/10).
Dalam laporan riset Setara Institute pada Mei 2019 menunjukkan 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia terpapar paham radikalisme. Mereka biasanya menggunakan masjid dan mushala sebagai basis kegiatan kaderisasi. Tidak hanya universitas, pada tingkat sekolah juga mulai bermunculan bibit-bibit radikalisme.
"Persoalan bangsa yang diangkat para mahasiswa seharusnya tidak hanya tentang RUU KPK dan kawan-kawannya, tetapi juga mengenai radikalisme. Masalah ini jauh lebih besar karena berpotensi menyebabkan disintegrasi bangsa," tutur Agung.
ADVERTISEMENT
Menurut Agung, disintegrasi itu sangat nyata terpampang di depan mata. Banyak terjadi perpecahan hubungan sosial antar warga dan bahkan antar anggota dalam keluarga.
"Perlu kerja keras dan pengawasan semua pihak kepada orang-orang yang sekiranya mendekati ke arah radikalme," kata Yuni Satia Rahayu, juga dari Alumni UGM Setia Pancasila.
Menurut Alumni UGM Setia Pancasila, untuk menangkal persebaran bibit-bibit radikalisme di lingkungan kampus, perlu ketegasan dari pimpinan universitas. Hal tersebut akan tampak dalam kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Ketegasan itu merupakan salah satu upaya demi menjaga keutuhan NKRI serta tegaknya Pancasila. (Dion)