Ada Potensi Tsunami di Laut Selatan, BPBD Siapkan Langkah

Konten Media Partner
18 Juli 2019 14:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yusdayanto. Foto: erl.
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yusdayanto. Foto: erl.
ADVERTISEMENT
Potensi bahaya gempa dan tsunami di wilayah Selatan Pulau Jawa memang cukup besar. Masyarakat diharapkan mengetahui dan memahami potensi tersebut sehingga bisa mempersiapkan diri jika terjadi bencana sewaktu-waktu.
ADVERTISEMENT
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yusdayanto mengatakan, pihaknya berupaya keras memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa mereka tinggal di wilayah rawan bencana. Pengetahuan terkait mitigasi bencana selalu mereka berikan kepada masyarakat agar mengetahui prosedur dan apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi bencana.
Terkait dengan ancaman gempa dan tsunami di pesisir selatan DIY, ada beberapa hal yang dilaksanakan oleh BPBD agar proses mitigasi bencana bisa berjalan dengan baik. BPBD telah menjadikan desa-desa di sepanjang pantai selatan DIY menjadi Desa Tangguh Bencana (Destana). Selain itu, sekolah-sekolah di pesisir juga dikemas menjadi sekolah siaga bencana (SSB).
"Kita berikan edukasi serta pengetahuan terkait ancaman bencana ini," tutur Biwara, Kamis (18/7/2019).
ADVERTISEMENT
Pihaknya sudah membentuk Sekolah Siaga Bencana Tsunami di antaranya SD N Jangkaran tahun 2014, SD N Pasir Mendit tahun 2014, SD N Trisik tahun 2017, SD N Darat tahun 2018, SMKN 1 Temon tahun 2018 dan SMAN 1 Srandakan tahun 2018. Tahun 2019 tidak membentuk lagi.
Sementara Destana yang sudah terbentuk tahun 2012 - 2019 Bantul di antaranya seperti Poncosari, Trimurti, Gadingsari, Gadingharjo, Srigading, Tirtohargo, Parangtritis, Donotirto. Di Kulon progo ada desa Karangwuni, Jangkaran,Sindutan, Glagah, Garongan, Pleret, Bugel, Karangsewu, Banaran, Brosot.
"Sementara di Kabupaten Gunungkidul ada desa Giricahyo, Giripurwo, Girikarto, Girijati, Kanigoro, Kemadang, Tepus, Purwodadi, Balong, Jepitu, Songbanyu,"tambahnya.
Selain membentuk sekolah siaga dan juga Destana, pihaknya juga memasang peralatan peringatan dini (early warning system). EWS-EWS Tsunami yang dipasang di DIY di antaranya di Bantul berupa
ADVERTISEMENT
Sirine EWS Tsunami di Kabupaten Bantul untuk saat ini ada 37 unit dengan 30 unit berfungsi dengan baik dan 7 unit (BNPB) belum pernah berfungsi.
"sirine EWS tsunami tersebut di tempatkan di masjid-masjid yang berada di sekitar pesisir selatan kabupaten Bantul dan sebagian merupakan tower sirine yang berada di pantai-pantai,"paparnya.
Sementara di Kulon Progo Sirine EWS Tsunami saat ini ada 8 unit, 7 unit dari BNPB dan 1 unit dari BMKG. 6 unit dari BNPB masih berfungsi walaupun terdapat peralatan yg butuh perawatan dan perbaikan. 1 unit dari BNPB tidak berfungsi karean kerusakan yg signifikan.
Untuk 1 unit dari BMKG masih berfungsi baik karena perawatan masih dari BMKG. Seluruh Sirine Tsunami di Kab Kulon Progo berupa Bunyi Sirine dan belum dapat memancarkan suara.
ADVERTISEMENT
Dan sirine EWS Tsunami di Kab Gunungkidul ada 7 unit dari BNPB, tetapi belum pernah berfungsi dan kondisi saat ini rusak dan tidak dapat dipergunakan. Serta Pusdalops PB DIY mempunyai back up control Sirine EWS Tsunami di Kabupaten Bantul.
"Kondisi saat ini tidak dapat dipergunakan karena kendala teknis peralatan,"ungkapnya.
BPBD juga mulai membuat green belt dengan menanam beberapa tanaman yang mampu menahan laju arus air ketika tsunami. Green belt ini dimulai di Kulonprogo tepatnya di sebelah selatan bandara Yogyakarta International Airport (YIA). (erl/adn)