Berbagai Peralatan Mitigasi Bencana yang Dipasang BMKG di YIA

Konten Media Partner
28 Mei 2019 13:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, usai menghadap Gubernur DIY, Sri Sultan HB X di Kepatihan, Selasa (28/05/2019). Foto: erl.
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, usai menghadap Gubernur DIY, Sri Sultan HB X di Kepatihan, Selasa (28/05/2019). Foto: erl.
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan melakukan berbagai langkah antisipasi terkait dengan peringatan dini kebencanaan yang mungkin terjadi di Yogyakarta International Airport (YIA) Kulonprogo.
ADVERTISEMENT
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, seperti diketahui, salah satu potensi ancaman bencana yang ada di YIA adalah gempa bumi dan tsunami. Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan pemantauan melalui radar yang nantinya akan dipasang di Pantai Parangtritis. Sementara di YIA, pihaknya juga akan dan sudah memasang beberapa sensor.
“Yang belum dipasang itu radarnya, namun tentu idealnya di pantai selatan (selatan YIA) itu kata bapak Gubernur (Sri Sultan HB X) akan segera dihiijaukan. Akan ditanam tanaman-tanaman yang sudah diuji akan meredam kecepatan tsunami. Antara pule cemara udang, mangrove kemungkinan akan ditanam mulai Oktober,”ujarnya usai menghadap Gubernur DIY, Sri Sultan HB X di Kepatihan, Selasa (28/05/2019).
Menurut Dwikorita, ada fenomena baru terkait dengan tsunami. Saat ini sudah mulai terpantau datangnya tsunami seperti di Palu itu hanya dalam waktu 2 menit. Sehingga waktu bencana tsunami di Palu, Golden Time-nya 2 menit. Dan waktu dua menit tersebut lebih cepat dibanding dengan tehnologi untuk memberikan informasi deteksi tsunami.
ADVERTISEMENT
“Paling cepat itu informasi deteksi tsunami melalui peralatan yang ada saat ini adalah 3 menit,”tuturnya.
“Kami menghimbau kepada masyarakat dan memohon bantuan kepada BPBD setempat untuk menggalakkan kembali kearifan lokal. Artinya, siapa saja ketika berada di pantai tiba-tiba merasakan guncangan gempa bumi yang kuat kuat artinya saat berguncang terasa akan jatuh, atau gempanya tidak kuat tetapi meskipun tidak kuat gempanya tidak berhenti-berhenti, biasanya berhenti ini kok tidak lama-lama berhenti satu menit atau beberapa detik, maka segera saja tidak perlu menunggu sirine ataupun peringatan dini, segera saja mencari tempat yang lebih tinggi ataupun Pohon atau ada selter,”himbaunya.
Dengan penghijuan tersebut sebenarnya bisa sebagai tempat penyelamatan pelindung selain menghambat laju tsunami. Sehingga mampu memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mencari tempat yang lebib tinggi.
ADVERTISEMENT
BMKG sudah membandingkan antara bandara YIA dengan Adisutjipto terkait dengan potensi bencana di kedua bandara tersebut. Dwikoritas menyebut jika di Bandara adisutjipto bencana yang bisa mengganggu itu adalah patahan opak oya di mana Bandara Adisutjipto berada dekat dengan pusat gempa Opak Oya.
Padahal, tambahnya, tehnologi saat ini belum berhasil menjadi peringatan dini gempa bumi. Pihaknya masih berjuang untuk memberikan peringatan dini sebelum gempa sehingga masyarakat sudah tahu. Selama ini, ketika akan terjadi gempa bumi, belum ada pihaknya yang mengetahuinya.
“Jadi kesiapan kita untuk menyelamatkan diri dari gempa bumi menjadi kurang,”tambahnya.
Sementara yang di bandara YIA sekarang ancamannya sudah jelas yaitu tsunami. Sehingga ancaman bencana tersebut sudah bisa diprediksi berapa meter tingginya sehingga bangunannya bisa didesain , kekuatannya. Dengan demikian, maka sekarang sudah dimitigasi dan pihaknya sudah memberikan peringatan dini.
ADVERTISEMENT
“Kalau Adisutjipto tidak bisa. YIA sudah bisa diprediksi,”ujarnya.
Masih di YIA juga, BMKG akan memasang intensimeter di dua lokasi yang baru di bandara tersebut. Saat ini, alat tersebut sudah terpasang 10 buah. Dua lokasi yang baru akan dipasang adalah masing-masing di terminal lantai tertinggi dan di kantor BMKG yang berada di bandara tersebut. Pihaknya juga akan memasang lagi satu akselometer di bandara tersebut. Jadi untuk bandara baru ini BMKG memasang intstrumen-intstrumen yang sifatnya untuk mengetahui intenstias gunacangan gempa bumi, sehingga agar dapat segera dimitigasi.
Tak hanya itu, di bandara baru tersebut pihaknya sudah memasang satu alat automatif weather observation system, yaitu alat yang dibutuhkan untuk kepentingan take off dan landing pesawat. Alat tersebut adahal alat pertama buatan BMKG, dan menjadi bandara pertama di Indonesia yang menggunakan produk dalam negeri.
ADVERTISEMENT
“Biasanya peralatan itu impor, dan ini sudah beroperasi,”katanya.
Alat ini, lanjutnya, dipasang untuk mengukur kecepatan angin, potensi windshare, potensi angin-angin yang membahayakan untuk takeoff landing, tekanan udara, jarak pandang, tentang potensi kilat. Dan juga tekanan udara kelembaban tinggi dasar awan, kecepatan angina arah anging. Pihaknya akan menambah lagi dua buah di ujung-ujung runway karena saat ini baru ada di tengah. (erl/adn)
Foto: adv