BPPT Heran, Terjadi Gempa di Jalur yang Tak Teridentifikasi Berpotensi

Konten Media Partner
17 Juli 2019 14:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perekayasa BPPT, Widjo Konko, di kantor Pusdalops DIY, Rabu (16/7/2019). Foto: erl.
zoom-in-whitePerbesar
Perekayasa BPPT, Widjo Konko, di kantor Pusdalops DIY, Rabu (16/7/2019). Foto: erl.
ADVERTISEMENT
Gempa bumi yang belakangan sering terjadi dan beberapa di antaranya disertai dengan ancaman tsunami membuat Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) heran. BPPT heran karena intensitasnya semakin sering terjadi itu dan masih perlu kajian lebih mendalam lagi apakah musiman atau tidak.
ADVERTISEMENT
"Apakah gempa bumi itu ada musimannya atau tidak, masih perlu kajian yang full," tutur Perekayasa BPPT, Widjo Konko, di kantor Pusdalops DIY, Rabu (17/7/2019).
Oleh karena itu maka perlu ada peningkatan kewaspadaan terkait potensi terjadinya gempa bumi tersebut. Terlebih karena ternyata beberapa gempa bumi yang terjadi belakangan ini berada di lokasi yang sebelumnya terpetakan.
"Artinya ini berada di jalur-jalur baru," ujar Widjo.
Gempa yang belakangan ini terjadi justru melanda di daerah yang belum teridentifikasi. Yaitu berada di wilayah-wilayah sesar baru yang sebelumnya pernah ada pemetaan pada tahun 2017 yang lalu. Dan sesar-sesar baru tersebut belum muncul pada pemetaan 2017 yang lalu.
Hal tersebut nampak dari after shock yang ditimbulkan juga memperlihatkan berada di jalur baru bukan di jalur yang terpetakan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, Widjo enggan mengatakan jalur tersebut sebelumnya adalah jalur mati yang kemudian aktif lagi sehingga terjadi gempa. Karena menurutnya lempeng bumi yang ada terus bergerak dan efeknya adalah yang terjadi belakangan ini, gempa terus bermunculan.
"Apakah itu sepi aktivitas di jalur itu kemudian aktif, itu yang menjadi kajian kami," tambahnya.
Ia mencontohkan seperti gempa bumi Aceh 2006 yang lalu di mana ada temuan sesar baru di daerah Pidi. Kemungkinan hal tersebut juga bisa saja terjadi belakangan ini di mana gempa berlangsung di daerah yang sebelumnya tidak teridentifikasi.
Ia mengakui jika sesar-sesar baru terus bermunculan di mana sebelumnya tidak terdeteksi. Ia mencontohkan pada pemetaan terakhir tahun 2017 lalu ada 295 sesar yang ditemukan. Padahal pada pemetaan sebelumnya yaitu tahun 2012, jumlah sesar yang ditemukan hanya 80 buah.
ADVERTISEMENT
"Itu penambahan yang luar biasa," katanya.
Karena Indonesia ini sangat luas, maka ia menduga jika masih banyak sesar-sesar bumi yang belum teridentifikasi. Dan dampaknya juga belum bisa terpetakan dengan baik.
Ia menyebut gempa di Halmahera memperlihatkan adanya patahan baru seluas 70x18 km karena magnitut gempa mencapai 7,1-7,2. Gempa yang terjadi di Halmahera kemarin juga memicu adanya tsunami kecil. (erl/adn)