Cerita Mantan Anggota Tim Formula Garuda UNY yang Jadi Teknisi Sewa Alat Proyek

Konten Media Partner
4 November 2020 15:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mobil garapan Tim Formula Garuda UNY yang berhasil menggaet sejumlah prestasi. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Mobil garapan Tim Formula Garuda UNY yang berhasil menggaet sejumlah prestasi. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
Sumpah Pemuda, menjadi sebuah momentum bagi generasi muda untuk berkiprah bagi kemajuan bangsa. Harapan untuk mendarmabhaktikan jiwa raga generasi muda untuk bangsanya harus terus terlecut meskipun akhirnya terkadang tak ada imbal balik yang setimpal bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Kisah Muflih Fathoni (27) pemuda asal Padukuhan Tenggaran (004/002), Kalurahan Gedangrejo, Kapanewonan Karangmojo Gunungkidul ini mungkin menjadi salah satu titik balik perjuangan generasi muda. Setelah melenting dengan segudang prestasi kala menjadi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), kini ia justru harus kembali berjuang dengan kerasnya hidup.
Prestasinya kala menjadi mahasiswa UNY hingga tingkat dunia tak menjaminnya mampu hidup enak. seabrek prestasi Internasional tidak menjadi jaminan bagi pemuda akan memiliki jaminan pekerjaan yang layak.
Pemuda yang akrab dipanggil Toni ini semasa menjadi mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta memang mampu mengharumkan nama UNY bahkan membuat bangsa Indonesia bangga. Karena kemampuannya, ia dipercaya oleh UNY untuk menangani mobil balap Garuda di kejuaraan balap Asia.
ADVERTISEMENT
Karirnya bersama Garuda UNY Racing Team telah diakui dalam kancah Internasional sebagai perakit mobil hybird terbaik di kelasnya. Namun kini, ia 'hanya' bekerja sebagai tehnisi penyewaan alat untuk para kontraktor pembangunan. Bahkan sebelumnya, bapak 1 anak ini pernah bekerja menjadi surveyor di sebuah leasing di Wonosari.
Ironi memang, prestasinya malang melintang di balapan formula asia tak mampu menolongnya. Karena paska ia lulus sebagai mahasiswa UNY, lelaki ini justru kesulitan mendapatkan pekerjaan. Sertifikatnya sebagai teknisi mobil formula Asia tak banyak membantunya.
Toni mengawali karir menjadi mahasiswa Diploma III Jurutan Teknik Otomotif, Fakultas Teknik UNY. Sejak duduk dibangku SMKN 2 Wonosari dengan jurusan yang diambil yakni Teknik Kendaraan Ringan, ia kian tertarik menekuni bidang otomotif.
ADVERTISEMENT
Ketertarikannya di dunia otomotif bahkan membuatnya tidak menuruti keinginan orangtuanya agar menjadi guru dengan mengambil S1 Keguruan. Pemuda ini lebih memilih DIII jurusan Tehnik Otomotif.
"Saya diminta bapak jadi guru dengan kuliah mengambil S1 keguruan, tapi saya matur sama bapak, kalau ndak di bidang otomotif saya trimo ndak kuliah," jelas putra kedua pasangan Fuad Habibi Rumiyati ini kala berbincang dengan media ini di rumah mertuanya, Kalurahan Siraman Kapanewonan Wonosari, Rabu (28/10/2020).
Tidak ada pilihan lain, orangtuanya lantas mengizinkan ia menekuni dunia otomotif dengan menyekolahkannya di UNY. Seperti mahasiswa pada umumya, di awal kuliah tahun 2011 silam ia mengikuti kuliah baik teori maupun praktik secara seksama.
Hobinya melakukan riset sederhana kemudian dilirik oleh para dosen pembina Unit Kegiatan Mahasiswa bidang Rekayasa Teknologi yang memang hendak memulai debut Internasional. Tim balap kebanggaan kampus Karangmalang tersebut memang tengah menargetkan Green Car Competion di Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Sebagai anggota tim, banyak pengalaman yang bisa ia dapat. Karena saat itu ia juga harus berpikir bagaimana menggait sponsor di samping harus memaksimalkan kemampuan mobilnya. Ia juga harus membeli sparepart mobil listrik dari Amerika. Dan yang paling penting adalah pengalaman bagaimana merakit mobil balap ramah lingkungan.
Setelah sekitar dua semester merakit mobil, tibalah pada Bulan Mei 2014, ia bersama puluhan tim lainnya dikirim UNY ke Korea Selatan. Bersama tim, ia memastikan kondisi mobil sudah sesuai dengan ketentuan lomba.
"Memadukan teori teknologi mobil hybird dan listrik ternyata memang tidak sesederhana yang kami bayangkan, tapi kami juga rajin konsultasi dengan dosen pembimbing," kata dia.
Benar saja selama seminggu perlombaan, mobil yang berbulan-bulan ia rakit bersama tim berhasil meraih peringkat satu dan tiga di kategori acceleration dalam kejuaran International Student Green Car Competition 2014, di Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Mereka berhasil menyabet gelar dari kejuaraan yang mempertandingkan dua kategori lomba untuk mobil hybrid dan listrik yaitu acceleration dan maneuverability. Prestasi ini tentu mengejutkan dirinya karena awalnya tidak menyangka akan menang.
"Di masa-masa krisis menjelang pengumuman kami satu tim hanya diam sambil dzikir, tegang sekali. Tapi begitu pengumuman, lagu Indonesia Raya bisa dinyanyikan di kompetisi atas capaian kami rasanya bangga terharu sekali," jelas Toni.
Sekembalinya di Tanah Air, ia sebetulnya sudah meminta izin kepada dosen pembimbing Tim GURT untuk tidak lagi mengikuti kompetisi. Hal ini karena sejumlah pertimbangan seperti masa studinya sebagai mahasiswa diploma yang harusnya ditempuh cukup enam semester telah habis.
"Tapi saya ingat betul dosen pembimbing marah-marah saya izin keluar dari tim karena ada kompetisi di Jepang tahun 2015. Kompetisinya cukup bergengsi, Student Formula Japan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Meskipun di sisi lain ia ingin cepat lulus, ia juga bimbang, karena baginya menjadi tim teknik di ajang sekelas Formula dimana pesertanya merupakan mahasiswa-mahasiswa terbaik seluruh dunia membuat target kelulusan ia urungkan. Ia lantas kembali berkiprah bersama tim merakit mobil sesuai dengan kriterianya.
Mobil yang diberi nama Garuda F15 dirancang dapat mencapai kecepatan hingga 120 km/jam dengan 0 – 100 m dalam 4 detik. Untuk meningkatkan kemampuan akselerasi, lanjut Toni, kemampuan engine ditingkatkan dari 40 HP menjadi 45 HP.
“GURT F15 menggunakan mesin 1 silinder 600 cc, pemilihan material dan komponen 80 persen bahan lokal dan mudah didapatkan, capaian prestasi di penghujung tahun 2015 kala itu menjadi runner up pendatang baru terbaik," paparnya.
ADVERTISEMENT
Memasuki tahun akhir tahun, ia lantas fokus untuk menyelesaikan studinya. Setahun mengerjakan Tugas Akhir menjadi mahasiswa ia akhirnya diwisuda pada awal 2016 dengan gelar Ahli Madya Teknik.
"Alhamdulillah saat wisuda saya dinobatkan menjadi mahasiswa beprestasi, haru campur bangga saya rasakan betul," kenang Toni.
Seusai lulus, tibalah masa ia mencari pekerjaan. Berbekal seabrek piagam penghargaan dan juga pengalaman ternyata tak membuat pemuda ini mudah mendapatkan pekerjaan.
"Sekitar setengah tahun saya kesana kesini mencari pekerjaan. Bahkan di sela-sela menanti panggilan interview saya pernah berhari-hari menjadi buruh lepas Event Organizer di Jogja dengan kerja jadi supir dan angkat-angkat barang dengan upah Rp 50ribu sehari," ucapnya.
Ia mengaku beberapa kali mendaftar di salah satu bengkel resmi kendaraan dengan posisi Service Advisor dan berkali-kali pula sampai tahap wawancara HRD. Namun demikian hingga kini tak ada pengumuman diterima. Padahal ia memiliki cita-cita ingin mengembangkan teknologi hybird dan kelistrikan pada mobil.
ADVERTISEMENT
"Tapi ya mau gimana tidak ada peluang. Sampai saya bener-bener mentok, ada lowongan di salah satu leasing, saya daftar," ujar dia.
Menjadi pekerja sebagai surveyor leasing yang tidak sesuai dengan kompetisi yang ia miliki ternyata merupakan hal yang sulit bagi dia. Hingga kurang dari dua tahun bekerja target nasabahnya tidak terpenuhi.
"Saya akhirnya dirumahkan karena sudah dua kali dapat SP antara penjualan dan nasabah hasil survey saya tidak tepat waktu dalam pembayaran," kenang Toni.
Padahal, lanjut Toni, istrinya yang hanya merupakan guru honorer di salah satu SMK Negeri di Kapanewon Ngawen sedang mengandung anak pertamanya. Kala itu ia mengaku sangat kesulitan finansial. Hingga kini, ia masih bergabung dengan rekan-rekan timnya untuk membesarkan tempat kerjanya.
ADVERTISEMENT
Meskipun kala menjadi mahasiswa ia bermimpi mudah mendapatkan pekerjaan yang sebanding untuk saat ini ia tak lagi muluk-muluk memasang target. Namun ternyata prestasinya tak menjamin di dunia kerja.
"Waktu itu temen tim di Garuda UNY ada yang join usaha persewaan dan servis alat berat, saya diajak gabung. Tanpa pikir panjang kondisi butuh mepet walaupun nglaju ke Sleman tapi tidak saya pikir. Yang penting kebutuhan anak dan istri tercukupi, masalahhya kalau sekarang sudah kepepet butuh," kelakarnya.