Cerpen | Rencana Rencana

Konten Media Partner
14 April 2019 12:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi. foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi. foto: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari ini sudah buat berapa rencana? Hari ini ada rencana apa? Begitulah makhluk hidup, manusia lebih tepatnya.
ADVERTISEMENT
Rencana terus dibuat, untuk menunjukkan bahwa manusia punya kehidupan. Menunjukkan manusia punya arah yang dituju. Tanpa rencana? Hidup mungkin terombang-ambing, tak jelas. Manusia harus penuh rencana.
Begitu aku lulus SMA, aku memiliki segudang rencana. Maklum, namanya juga anak SMA, impiannya kelewat banyak.
Ingin diwujudkan semua. Ingin itu, ini, banyak maunya. Tapi dari semua rencana itu, malah ada hal-hal yang tak pernah kamu duga.
Kau tahu kan maksudku? Begini aku jelaskan. Kau pasti pernah lewat jalan lurus, dalam bayanganmu jalannya lurus dan mungkin kamu tak akan membayangkan bahwa tidak akan ada jalan belok. Kadang rencana itu tidak berjalan semestinya.
Lalu disinilah keputusanmu diuji. Apakah lanjut. Atau ganti dengan rencana lain. atau malah diam saja tak membuat perubahan apa-apa.
ADVERTISEMENT
Pergi ke Jogja, memutuskan tinggal di kota ini dan membangun hidup, adalah salah satu rencanaku. Rencana yang sangat kupikirkan masak-masak.
Sebelum kuceritakan lebih jauh tentang hidupku. Aku akan menyampaikan satu hal. Terserah kamu mau setuju atau tidak. Itu hanya menurut pendapatku.
Kembali ke persoalan rencana. Yang manusia rencanakan terkadang hanyalah hal besar saja. Yang manusia perhatikan hanyalah hal besar. Tapi apa kabar rencana-rencana kecil? Apa kabar dengan hal kecil? Pernahkah kamu merencanakan hal kecil yang remeh? Atau jika tak ada rencana hal kecil, pernahkah kamu memikirkan antisipasi apa yang bisa kau lakukan saat sesuatu tidak berjalan semestinya?
Aku hidup di Jogja. Tinggal di rumah bulek. Dia seorang single parent dengan dua orang anak. Tadinya aku ragu jika harus tinggal di situ. Dia harus mengurus anaknya dan juga bekerja. Bagaimana jika ketambahan aku? Mungkin akan menambah kerepotan beliau.
ADVERTISEMENT
Nduk, wes to tinggal di rumah bulek aja.
Wanita yang usianya paruh baya ini meyakinkan aku.
Sebetulnya ini bukan bagian rencanaku. Bagian dari rencanaku adalah aku akan ngekost, aku akan aktif kepanitiaan atau malah bisa kerja sambilan. Pokoknya aku mencoba mandiri.
Timbang kowe ngekost, mbok uwis karo bulek. Ojo nganti mbebani wong tuwo.
Bulek membujukku lagi.
Aku sebenarnya tidak ingin. Tapi ya sudah lah. Satu rencanaku melenceng di luar perkiraan. Ketika menjalani kegiatan perkuliahan, aku harus selalu ingat waktu. Bahkan setiap aku pergi, aku harus izin, memberitahu bulek ke mana aku pergi dan dengan siapa.
Aku tidak bisa memutuskan hal seenaknya. Aku sadar, aku hanya numpang. Jadi aku sudah seharusnya memiliki sikap pekewuh. Harus tahu diri lah. Sudah tinggal gratis, makan ikut bulek, masa aku enak-enakan tidak membantu. Jadi aku tinggal di rumah bulek.
ADVERTISEMENT
Ketika pagi hingga siangnya, aku kuliah. Sorenya, aku akan bantu bulek membuka warung angkringannya. Begitulah.
Aku membiasakan diri di situasi aku harus menahan keinginanku dan memikirkan perasaan orang lain. Tinggal bersama keluarga memang begitu, keluarga jauh maksudnya. Aku mulai melupakan beberapa bagian rencanaku. Ya tadinya. Hingga aku menelepon umi.
“Bunda. Adek mau pindah ke kost boleh?”
Aku izin pada bunda lewat telpon. Aku menelepon bunda ketika masih di kampus. Nggak enak kalau di rumah, nanti bulek dengar terus jadi semakin nggak enak.
“Lho kenapa?”
“Adek mau cari tempat yang di dekat kampus aja. Adek juga pingin bisa punya sedikit banyak waktu istirahat sama ngerjain hal lain tanpa harus berpikir nggak enak kalau belum bantu bulek.”
ADVERTISEMENT
Aku menjelaskan detail. Lebih baik kuceritakan saja inginku. Ketimbang harus kutahan-tahan.
“Ya udah gimana terserah adek. Bunda ngerti. Nanti coba ya bunda ngomong sama ayah.” Bunda mengakhiri pembicaraan soal tempat tinggal.
Beberapa bulan setelahnya aku mulai tinggal di kost. Bulek tentu saja bertanya-tanya kenapa aku pindah. Kuberikan saja alasan bahwa aku butuh lokasi di dekat kampus karena aktivitas kepanitiaan yang mengharuskan aku selalu siap.
Bulek mengerti. Semudah itu.
Rencana-rencana mulai kususun lagi. Aku mulai menjaga segala sesuatu supaya berjalan on the track. Aku memutuskan mendaftar organisasi mahasiswa. Itu salah satu rencana besarku ketika kuliah. aku ingin nantinya aku bisa terbantu ketika akan melamar pekerjaan. Setidaknya kolom pengalaman organisasiku tidak kosong melompong.
ADVERTISEMENT
Rencanaku itu sudah kutulis, kuingat. Dan aku bertekat untuk setia pada rencanaku. Apapun yang terjadi, rencanaku yang disusun baik untukku.
Dan aku tidak ingin mengingkari rencanaku. Aku masuk BEM. Jalanku semulus itu. Mudah sekali. A piece of cake.
Tapi seperti kubilang di awal, rencana-rencana yang disusun terkadang tidak sesuai prediksi.
Jadi saat itu aku ditugaskan untuk menerima kunjungan dari BEM universitas lain. Itu memang sudah tugasku, kementrian hubungan luar. Aku berkenalan dengan salah seorang laki-laki dari universitas lain. Aku menjalin relasi dengan beberapa di antara mereka yang datang.
Serius itu sebenarnya tidak pernah terpikir apa lagi masuk ke dalam rencanaku. Aku naksir salah satu laki-laki bernama Rian.
ADVERTISEMENT
Kami dekat. Lalu kami pacaran.
Semuanya terjadi begitu saja.
Dengan cepat.
Tidak itu bukan bagian rencanaku. Rencanaku mulai berantakan. Bahkan aku tak sempat memikirkan rencanaku ketika aku pacaran dengannya. Itu tidak penting. Bukan bagian itu yang ingin ku-highlight.
Saat ada sesuatu yang masuk ke dalam hidupmu tanpa terencana? Bagaimana kamu akan mengambil sikap? Bagaimana? Cinta datang begitu saja tanpa permisi dan aku tidak pernah merencanakan punya pacar selama kuliah. Aku tidak bohong. Tapi itulah hal kecil yang tidak diperhatikan. Yang kemudian akan menganggu mimpi besarmu.
Cinta sialan. Cinta absurd. Cinta asdfghjkl………..
Aku ingin mencoba magang. Setelah aku tahu cerita dari tetangga kostku bahwa magang cukup enak, aku menimbang-nimbang apakah aku akan mendaftar atau tidak.
ADVERTISEMENT
Semester akhir sepertinya waktu yang tepat untuk magang. Karena itu tidak akan menganggu jadwal bagiku yang mulai selo ini.
Oke. Tulis dalam daftar rencana.
Ada dua tempat kerja. Salah satunya adalah jadi barista di tempat ngopi. Sepertinya seru. Alasan terbesarnya adalah aku suka kopi. Dan bersentuhan dengan hal-hal yang dinamakan kopi itu membuatku bersemangat. Sementara satunya lagi adalah tempat pembuatan handmade jewelry.
“Sayang. Aku daftar magang ya?” aku izin ke pacarku.
“Boleh. Itu kesempatan bagus buatmu.” Ujarnya.
Dia seperti mendukung penuh. Aku senang mendengarnya.
“Ada dua tempat sih yang aku bingung.”
Aku menceritakan dua pilihanku. Berharap dia bisa memberiku solusi.
“Di mana aja?”
Dia mulai antusias. Ingin tahu.
ADVERTISEMENT
“Yang satu di dekat kampus. Tempat bikin aksersoris handmade itu. Kerjanya 5 jam tapi ada shift. Terus yang satunya lagi di tempat kopi gitu. Jadi barista. Mulai bukanya itu sore sampai tengah malam.”
Aku menjelaskan dengan penuh semangat.
“Sebentar. Itu ada kemungkinan kamu pulang malam?” Pacarku memotong penjelasanku.
“Iya. Tapi aku bisa ngurus itu. aku berani juga kok pulang malam.”
Aku memberikan penjelasan bahwa dia tak perlu khawatir.
“Nggak. Aku nggak setuju. Kamu cewek. Kamu tahu kan resikonya pulang malam. Aku nggak tahu nanti kamu di jalan malam-malam bakal kayak apa. Lagi pula kita nggak tahu. Oh iya satu lagi. kamu nggak khawatir kamu tiba-tiba disabet orang pakai senjata waktu lagi motoran kan? Jangan konyol. Pikir dulu” penjelasanku langsung disambung kata-kata yang begitu panjang. Panjang sekali.
ADVERTISEMENT
Kok dia jadi melarang. Aku mulai kesal.
“Pokoknya besok apapun yang kamu mau lakukan, rencanamu, kamu harus omongin ke aku dulu.”
Pacarku mengucapkan ‘sabda’nya.
Lhoo tidak bisa begini. Hal-hal yang kulakukan. Hal-hal rencanaku. Itu kubuat untukku. Aku ingin melakukan semuanya. Konsultasi dengan pacarku malah akan membuat segala rencanaku tidak berjalan dengan baik.
Kumasukkan saja. Berbohong pada pacarku. Itu adalah RENCANAKU. Serius.
Aku merencanakan kebohongan itu. Ini kulakukan agar rencana besarku bisa berjalan dengan baik. Salah satunya adalah rencana magang. Aku tak jujur padanya. Diam-diam aku memasukkan lamaran magang ke salah satu tempat ngopi.
Saat itu aku agak takut-takut, tapi juga senang. Takut kalau pacarku marah, tapi senang karena aku akhirnya bisa magang, dapat pengalaman kerja.
ADVERTISEMENT
Yess. Kesibukan kerja magang dimulai. Tentu saja aku harus pintar-pintar mengatur waktu supaya pacarku tidak curiga. Untungnya sangat rapi-rapi sekali carku menutupinya.
Caraku berdalih lihai sekali. Memang sudah kuniati kok. Berbohong pada pacarku. Itu adalah RENCANAKU. Menurut perkiraanku, dia tidak akan pernah tahu.
Tapi seperti yang kukatakan di awal tadi. Rencana-hanyalah rencana. Dari sekian banyak rencana, ada hal yang bisa tidak berjalan mulus. Rencana kebohongankulah tepatnya yang terbongkar.
Aku sebenarnya tahu dia seperti merasa curiga-curiga.
“Kamu udah batalin niatmu buat magang itu kan?” tiba-tiba dia bertanya saat kami berdua makan bareng.
“Udah kok.” Jawabku menyembunyikan gugupku karena tiba-tiba ditanya seperti itu.
“Bagus. Aku nggak suka kamu nekat. Apa lagi bohong.” Dia menatapku tajam.
ADVERTISEMENT
Mungkinkah dia tahu? Nggak kan? Rencana bohong masih kujalankan. Dia nggak akan tahu. Yang penting aku harus hati-hati saja. Kamu nggak akan menyangka kan bohong itu masuk rencana. Tapi sepertinya memang kalau rencana itu adalah hal buruk, pastinya akan ada saatnya terungkap. Iya kan?
Semua ini gara-gara cinta asdfghjkl. Cinta sialan. Yang tiba-tiba muncul hal itu tidak pernah ada dalam rencanaku.
Falling in love is never in my plan.
Dia datang mengatur hidupku, mengatur rencana mana yang boleh. Mana yang tidak. Hingga aku tak punya kuasa atas segala rencanaku sendiri.
Besoknya, aku memutuskan keluar dari tempatku magang. Dalihnya adalah aku ingin fokus pada tugas akhir yang terbengkalai. Alasan klise. Klise.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya aku menjalani hidup dengan ribuan rencana yang sudah dipilihkan dia untukku. Aku sudah lupa rasanya menyusun rencana untuk diriku sendiri. Kau tahu kan apa istilahnya?
Just don’t let love takes over all of your plans, your dream. Just don’t.
Selanjutnya kukembalikan. Membiarkan cinta mengambil alih, artinya kamu sudah tidak bisa mengarahkan hidupmu. Tanpa rencana? Hidup mungkin terombang-ambing, tak jelas.
Hey, I’m not preaching. That’s only a little things that you should know.
(bfn)