Instruksi Ganjar, Jateng Mulai Pelajari Pembelajaran Sekolah di Sleman

Konten Media Partner
2 Agustus 2019 15:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kunjungan guru SMA dan SMK dan Disdik Jateng ke SMPN 2 Sleman dan SDN Rejodani, Jumat (2/8/2019). Foto: atx.
zoom-in-whitePerbesar
Kunjungan guru SMA dan SMK dan Disdik Jateng ke SMPN 2 Sleman dan SDN Rejodani, Jumat (2/8/2019). Foto: atx.
ADVERTISEMENT
Perwakilan guru-guru SMA dan SMK beserta Dinas Pendidikan Jawa Tengah mengunjungi dua sekolah model Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yakni SMPN 2 Sleman dan SDN Rejodani.
ADVERTISEMENT
Kunjungan ini digelar dalam rangka persiapan penerapan GSM di seluruh area Jawa Tengah berdasarkan instruksi Gubernur Ganjar Pranowo. Harapannya, studi banding ini dapat mengoptimalkan workshop yang akan diberikan pada tengah Agustus mendatang.
Hari Wuljanto, Kepala Bidang Pembinaan SMK Jawa Tengah, mengakui GSM menyasar akar masalah pendidikan secara akurat.
Beliau mengatakan bahwa GSM sebenarnya memusatkan perhatian pada perubahan paradigma guru dan ini merupakan satu hal filosofis yang kerap kali dilupakan oleh pendidikan Indonesia.
“Seumpama pohon, kita selalu mengevaluasi buah-buahan yang muncul, sementara melupakan bahwa masalahnya ada di akar yang tidak tumbuh subur. Kita sebagai pemerhati pendidikan selalu menilai anak-anak, namun lupa bahwa ada masalah yang lebih mendasar dalam paradigma pendidikan. GSM bergerak dalam aspek ini dengan menggemburkan tanah dan membuat akar pendidkan kita mampu memaksimalkan aspek lain berkembang dengan optimal,” ujarnya dalam kunjungan tersebut, Jumat (2/8/2019).
ADVERTISEMENT
Tidak tanggung-tanggung, Jawa Tengah menyambut gembira GSM karena orientasinya untuk meningkatkan kualitas sekolah pinggiran. Beliau mengakui Dinas Pendidikan setempat akan bergerak cepat untuk menerapkan sekolah menyenangkan di area yurisdiksinya, terutama di level SMA dan SMK. Ini akan terealisasi pada workshop Sekolah Menyenangkan pada 13-15 Agustus mendatang.
Muhammad Nur Rizal, pendiri GSM dan Dosen Teknik Universitas Gadjah Mada, membenarkan adanya perjuangan untuk mengubah paradigma pendidikan. “Guru tidak boleh sekadar transfer pengetahuan. Apa yang diberikan bukan cuma materi dan nalarnya bukan standardisasi, tetapi harus terpusat pada kodrat manusia, yakni mengasah imajinasi dan kolaborasi,” ujarnya.
Dalam diskusi di SMPN 2 Sleman, Rizal juga bicara mengenai asal-muasal pergerakan pemerintah Jawa Tengah dalam penerapan GSM. Semula, GSM sudah lebih dulu menyebarkan perubahan di sekolah-sekolah pinggiran di Sleman. Pengaruh positif ini kemudian tersebar hingga Tangerang dan Tebuireng. Dari bukti perubahan itu, isu GSM akhirnya sampai ke telinga Gubernur Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Rizal menyebut gerakan akar rumput ini merupakan model paling relevan di era industri 4.0. Kebijakan tidak lagi bermula dari pemegang kekuasaan, namun daru suara masyarakat. Sudah waktunya rakyat menyuarakan kebutuhannya secara massif, baru kemudian kebijakan yang dibuat sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Hal senada turut disampaikan oleh Sri Wantini, Kepala Dinas Pendidikan Sleman, yang mengutarakan adanya kebutuhan mendasar terhadap GSM di area yurisdiksinya. GSM sudah melakukan perubahan nyata di sekolah-sekolah Sleman dan tuntutan besar dari masyarakat membuat Pemerintah setempat tergerak.
“Dinas Pendidikan menyambut tuntutan ini dengan positif dan kami berencana untuk menetapkan Peraturan Bupati terkait penerapan GSM,” tandasnya. (atx/adn)