Isu Penyakit Mulut dan Kuku Berdampak pada Harga Sapi di Gunungkidul

Konten Media Partner
13 Mei 2022 16:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ternak. Foto: Tugu Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ternak. Foto: Tugu Jogja
ADVERTISEMENT
Bayang-bayang penyakit mulut dan kuku mulai menghantui kawasan Gunungkidul. Perniagaan hewan ternak baik sapi ataupun kambing mulai terimbas. Harga sapi mulai tergerus sejak kabar penyakit mulut dan kuku mulai menerpa sapi di Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Sukamto, pedagang sapi asal Nglipar menyebut harga jual ternaknya mulai terasa turun sejak kemarin. Yaitu sejak tersiar kabar penyakit mulut dan kuku sudah menyerang hewan ternak di Boyolali Jawa Tengah.
"Sapi di Boyolali itu belinya di Praci. Padahal praci (Wonogiri) sama Gunungkidul itu berbatasan," kata dia, Jumat (13/5/2022).
Sukamto menyebut sebelumnya ia memiliki sapi dengan harga pasaran normal untuk seekor sapi biasanya mencapai Rp 16 juta. Namun saat ini, harganya bisa turun hingga kisaran Rp 14,5 juta per ekornya.
Meski demikian, ia mengaku tidak terlalu khawatir soal PMK. Sebab menurutnya, penyakit ini sudah ada sejak lama diketahui oleh peternak hingga pedagang hewan.
"Sebetulnya PMK merupakan penyakit lama yang memang bisa menyerang ternak. Kami dulu menyebut penyakit Gomen," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sepanjang yang ia tahu, cirinya berupa kondisi ternak yang lemas dan susah jalan, hingga mengeluarkan banyak liur. Dan biasanya peternak hanya menggunakan obat tradisional yaitu dengan sambel bawang.
Hadi Sukiran, salah satu pedagang pasar hewan asal Munggi Kapanewon Semanu ini mengakui jika harga sapi sudah mengalami penurunan. Kabar tentang penyakit mulut dan kuku memang berimbas pada sapi yang ingin dia jual.
"Saya punya dua sapi, sudah 3 hari ini saya bawa ke pasar yang berbeda namun belum laku. Calon nawar harga rendah, tadi laku satu Rp.17 juta," terang dia.
Lurah pasar siyono Harjo menuturkan pada pasar Sapi di hari Jumat Wage kali ini memang pengunjungnya cukup banyak bahkan lebih banyak dibanding dengan Wage sebelumnya. Karena sudah menjadi tren selama puluhan tahun pasca lebaran memang pasar hewan ramai dikunjungi oleh pembeli.
ADVERTISEMENT
"Kan biasa orang tua dikampung dikasih uang oleh anaknya yang baru saja mudik Dan biasanya uang itu dibelikan hewan ternak paling banyak ya sapi," ungkapnya, Jumat (13/5/2022).
Dan dapat dipastikan setiap pasca lebaran harga sapi ataupun kambing di wilayah kabupaten Gunungkidul mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Rata-rata untuk sapi naik sekitar Rp.1 juta hingga Rp2 juta per ekornya sementara untuk kambing sekitar Rp500 ribu.
Para pedagang sapi pun sudah menyadari hal tersebut dan mereka pun menaikkan harga jual dagangan mereka. Kondisi ini biasanya bertahan hingga Idul Adha mendatang.
"Memang trennya naik setiap habis lebaran," ujar dia.
Hanya saja kondisi kali ini sedikit berbeda dengan biasanya karena harga sapi justru Mengalami penurunan dibanding dengan lebaran kemarin. Pemicunya adalah karena merebaknya penyakit mulut dan kuku yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Meskipun terjadi di wilayah lain namun kabar tentang penyakit mulut dan kuku ini mempengaruhi iklim jual beli ternak di Gunungkidul. Selain membuat jumlah transaksi mengalami penurunan harga jual sapi juga harga turun.