Kepala BMKG Peringatkan Ancaman Bencana Hidrometeorologi

Konten Media Partner
15 Oktober 2020 19:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi musim hujan. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi musim hujan. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengingatkan kepada masyarakat untuk mewaspadai la nina pada musim hujan mendatang. Lantaran, bisa memicu bencana hidrometeorologi, seperti tanah longsor, dan banjir. Mulai bulan Oktober ini la nina dampaknya mengakibatkan peningkatan curah hujan di hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian tengah dan utara.
ADVERTISEMENT
"La nina berasal dari Samudera Pasifik akibat suhu muka air laut Samudera Pasifik mengalami anomali, yaitu lebih dingin hampir mendekati minus 1 derajat sementara suhu di kepulauan Indonesia lebih hangat. Perbedaan suhu itu mengakibatkan terjadinya pergerakan aliran masa udara basah dari Samudera Pasifik bergerak menuju kepulauan Indonesia, dampaknya termasuk di Pulau Jawa ini juga terkena," katanya dalam kunjungannya di Temanggung, Kamis (15/10/2020).
Dikatakan, pada saat la nina terjadi peningkatan curah hujan dari 20 sampai 40 persen di atas normalnya, itu secara umum, Jawa juga kena, kecuali Sumatera yang tidak terkena. Potensi la nina yang berdampak pada peningkatan curah hujan mencapai 20-40 persen di Jateng, terurama wilayah selatan yakni Cilacap, Purworejo, Kebumen, kemudian di bagian utara timur seperti Demak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, wilayah Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara juga terkena sampai 20 persen. Jumlah tersebut merupakan kelebihannya terhadap curah hujan normal dalam satu bulan. Adapun untuk Kabupaten Temanggung 0 persen, meski demikian,
curah hujan di Temanggung tetap tinggi, sebab tidak terdampak atau disaat normal pun kondisi curah hujan sudah tinggi.
"Perlu kami sampaikan puncak la nina diperkirakan pada Desember, Januari, dan Februari mendatang, tetapi puncak musim hujan Januari, Februari. Oleh karena itu, yang dikhawatirkan adalah dampak hujan tersebut terhadap produksi atau komoditas pertanian dan perkebunan," katanya. (ari)