Ketum PP Muhammadiyah: Jangan Tolak Jenazah dan Pasien Positif Corona

Konten Media Partner
2 April 2020 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir. Foto: Kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir. Foto: Kumparan.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyayangkan adanya penolakan jenazah pasien COVID-19 yang belakangan ini terjadi di beberapa daerah. Hal tersebut sejatinya tidak perlu terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut Haedar, pasien yang meninggal akibat COVID-19 adalah saudara yang harus diperlakukan dengan penghormatan yang baik. Bahkan menurut Tarjih Muhammadiyah, pasien COVID-19 meninggal dunia yang sebelumnya telah berikhtiar dengan penuh keimanan untuk mencegah dan atau mengobatinya, maka mendapat pahala seperti pahala orang mati syahid.
"Jika pemerintah dan para pihak telah menetapkan kuburan bagi jenazah COVID-19 sesuai protokol, maka tidak sebaiknya warga masyarakat menolak penguburan," ujarnya, Kamis (2/4/2020) di Yogyakarta.
Jika sudah sesuai protokol, maka tidak seharusnya ada penolakan Apalagi sampai meminta jenazah yang sudah dimakamkan dibongkar kembali dan dipindahkan. Oleh karena itu, Haedar meminta agar mereka yang terkena positif COVID-19 juga harus disikapi dengan baik. Jika dikarantina di satu lokasi atau menempuh karantina sendiri di kediamannya jangan ditolak warga.
ADVERTISEMENT
"Aparat setempat agar dengan bijak memahamkan warga dan jangan ada yang ikut-ikutan menolak," tegas Haedar.
Haedar meminta semua pihak diminta untuk berkorban dan menunjukkan keluhuran sikap kemanusiaan dan kebersamaan. Warga yang menolak agar diberi pemahaman, mereka mungkin terlalu panik dan belum mengerti. Sehingga peran tokoh dan pemuka agama setempat sangat penting.
Ia berharap setelah diberi pemahaman maka masyarakat akan berubah. Sebab saat ini masyarakat harus menunjukkan jika Indonesia benar-benar berjiwa sosial, gotongroyong, dan relijius terhadap sesama. Apalagi kepada korban Covid19 yg meninggal dan keluarganya, yang semestinya kita berempati dan membantu.
"Sikap berlebihan justru tidak menunjukkan keluhuran budi dan solidaritas sosial yang selama ini jadi kebanggaan bangsa Indonesia," pungkas Haedar.
ADVERTISEMENT