Meneladani Semangat Dusun Cikal Wujudkan Destinasi Wisata di Tepi Sungai Opak

Konten Media Partner
16 Januari 2019 16:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Meneladani Semangat Dusun Cikal Wujudkan Destinasi Wisata di Tepi Sungai Opak
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Geliat masyarakat untuk meramaikan industri pariwisata di DIY terus berlanjut. Destinasi-destinasi baru di wilayah ini terus bermunculan seiring dengan meningkatnya kreatif masyarakat. Lahan atau wilayah yang awalnya dianggap tidak produktif kini telah banyak disulap oleh masyarakat menjadi sebuah destinasi wisata baru yang mampu mendulang rupiah.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Cikal, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. Sejak setahun terakhir mereka berupaya merubah tanah wedi kengser di Tempuran (pertemuan dua sungai) antara Sungai Opak dengan Kaligawe. Tanah yang awalnya hanya lahan pembuangan sampah dirubah menjadi sebuah taman.
Sejak Februari 2018 lalu, masyarakat Dusun cikal bahu membahu membersihkan lahan yang awalnya terbengkelai. Sampah-sampah sisa-sisa banjir badai cempaka yang semula berserakan langsung diambil dan sebagian dibakar. Kontur tanah yang semula tidak rata coba diratakan demi membuat nyaman para pengunjung.
Masyarakat yang memiliki uang lebih rela menyisihkan rejeki mereka untuk memperlancar pembenahan lahan tersebut. Sementara warga yang tidak memiliki cukup uang tetap berkontribusi dengan menyumbangkan tenaga mereka untuk bergotongroyong. Hampir setiap minggu selama setahun terakhir, warga seolah tak kenal lelah mewujdukan impian mereka.
ADVERTISEMENT
Kini, meski belum sempurna warga sudah membentuk sebuah taman. Masyarakat sekitar menyebut nama taman tersebut adalah Taman Tempuran Cikal. Lahan seluas 9600 meter persegi tersebut kini mulai nampak asri. Melalui swadaya masyarakat, kini telah berdiri sekitar 14 warung yang menjajakan berbagai menu tradisional. Selain itu juga berdiri beberapa gazebo terbuat dari bambu, air mancur, kolam kura-kura, panggung terbuka dan 'pelabuhan kecil' untuk menambatkan perahu serta speed boat yang digunakan untuk wisatawan.
Tak ketinggalan juga beberapa arena permainan anak seperti permainan ayunan ataupun juga mini moto trail dan juga mini ATP. Arena outbond juga sudah ada meskipun belum begitu lengkap karena memang masih berproses untuk penyempurnaan. Ke depan, museum bahan pangan tradisional juga akan dibangun di wilayah ini.
ADVERTISEMENT
Ketua Pengelola Taman Tempuran Cikal, Dwi Joko Susilo, mengakui apa yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Cikal karena memang terinspirasi dengan keberhasilan dari rekan-rekan mereka yang lain. Beberapa destinasi di pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) Kaligawe dan Sungai Opak sebenarnya sudah ada yang berdiri sebelumnya.
"Dan hanya dengan kesederhanaan ternyata bisa menarik pengunjung. Seperti di Pasar Kebonpring, kontur tanah yang kami kelola ini juga sama,"ujarnya, Rabu (16/1/2019).
Karena inspirasi tersebut, sejak bulan Februari 2018 atau beberapa bulan paska badai Cempaka melanda wilayah ini, masyarakat mulai bergotong royong membersihkan tanah wedi kengser tersebut dan menatanya. Dengan melibatkan seniman-seniman lokal, warga berusaha mewujudkan taman yang mampu menarik pengunjung.
Murni dengan anggaran swadaya masyarakat, akhirnya terbangunlah sebuah taman. Selain taman, Dusun Cikal ini juga menawarkan wahana permainan air. Cukup dengan uang Rp 10.000, pengunjung dapat menyusuri sungai dengan speed boat. Jika ingin lebih tenang, pengunjung bisa memanfaatkan perahu jukung yang tiketnya lebih murah hanya Rp 5.000.
ADVERTISEMENT
"Kalau ATP dan mini motor trail juga murah sama dengan speed boat,"paparnya.
Meski belum sempurna, namun setiap hari sudah ada pengunjung yang datang. Di akhir pekan, pengunjung yang datang mulai banyak dan masyarakat mulai merasakan dampak ekonominya. Masyarakat terutama ibu rumah tangga yang awalnya menganggur kini bisa berjualan di area taman tersebut.
Namun, sampai saat ini belum ada sepersenpun anggaran dari pemerintah yang masuk ke pengelola untuk mengembangkan taman tersebut. Untuk saat ini, semuanya murni swadaya masyarakat sehingga untuk menambah fasilitas memang belum bisa seperti yang diharapkan.
"Untuk speed boat itu kita kerjasama dengan orang lain dengan sistem bagi hasil,"terangnya. (erl/adn)