Mubeng Beteng BE 1952: Menjauhi Sifat Negatif, Mengharapkan Aura Positif

Konten Media Partner
11 September 2018 22:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mubeng Beteng BE 1952: Menjauhi Sifat Negatif, Mengharapkan Aura Positif
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar prosesi Lampah Budaya Mubeng Beteng dalam menyambut datangnya Tahun Baru Jawa 1 Sura 1952 Be pada Selasa (11/9/2018) malam.
ADVERTISEMENT
Carik Tepas Ndoro Puro Keraton Yogyakarta, KRT Wijoyo Pamungkas mengatakan, makna dari sebuah Lampah Budaya Mubeng Beteng ini adalah sebuah perenungan agar dijauhi hal-hal yang bersifat negatif dan mengharapkan hal-hal yang bersifat positif.
"Makna Mubeng Beteng ini adalah laku prihatin, dimana harapan kita agar dijauhi hal negatif dari tahun-tahun lalu dan kita mengharapkan aura positif pada tahun sekarang," kata KRT. Wijoyo saat ditemui kumparan.com/tugujogja disela-sela prosesi, Selasa (11/9/2018).
Wijoyo menjelaskan, seperti biasanya, karena tradisi ini merupakan bentuk laku prihatin, maka rute perjalanannya akan mengarah ke kiri atau berlawanan arah dengan jarum jam.
"Sehingga Mubeng Beteng kita lakukan dengan memutar arah ke kiri. Ke kiri dalam bahasa Jawa ngiwo, dalam artian kita ngiwakke hal-hal yang negatif dan kita tengen atau menengenke atau mengutamakan hal-hal yang positif," paparnya.
ADVERTISEMENT
Seperti kita ketahui, tahun ini Keraton mengikuti perhitungan Kalender Sultan Agungan dalam penetapan 1 Suro, pada hari Rabu, 1 Sura 1952 Be jatuh pada Rabu Kliwon, tanggal 12 September 2018.
Rangkaian kegiatan Lampah Budaya Mubeng Beteng dilaksanakan di Kagungan Dalem Ponconiti Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dimulai pukul 20.00 WIB. Rombongan peserta Lampah Budaya Mubeng Beteng akan dilepas tepat pukul 00.00 WIB pada Rabu Kliwon dini hari setelah lonceng di Kraton berbunyi. Sebelum pelepasan peserta Mubeng Beteng, akan diadakan macapatan serta dhahar kembul atau makan bersama. (Nadhir Attamimi/adn)