Nasib Cindy Hidup di Gubuk Derita Bersama Kakek dan Neneknya

Konten Media Partner
14 Maret 2019 7:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cindy dan kakeknya, Cokro Utomo Parimin, saat akan pulang sekolah dari TK Perintis Purworejo, Rabu (13/3/2019). Foto: Galih Wijaya.
zoom-in-whitePerbesar
Cindy dan kakeknya, Cokro Utomo Parimin, saat akan pulang sekolah dari TK Perintis Purworejo, Rabu (13/3/2019). Foto: Galih Wijaya.
ADVERTISEMENT
Jika pada umumnya anak-anak TK menikmati waktunya dengan bermain dan bersenang-senang bersama orang tuanya, maka berbeda dengan bocah satu ini.
ADVERTISEMENT
Cindy Uristiyanti, begitulah namanya. Bocah yang masih berusia 7 tahun ini tidak dapat merasakan kasih sayang langsung dari orang tuanya lantaran ditinggal pergi sang Ayah, Usman (39). Sedangkan ibunya, Rismiyati (37) mengalami gangguan jiwa yang mengharuskan direhabilitasi.
Tak hanya itu, gadis yang akrab disapa Cindy ini juga tinggal dengan kondisi yang cukup memprihatinkan bersama kakeknya, Cokro Utomo Parimin (72) dan neneknya, Tukiyem (70).
“Ibunya ada di panti (rehabilitasi)”, kata Cokro Utomo Parimin, saat tim tugujogja berkunjung ke rumahnya di Purworejo, Rabu (13/3).
Bau tak sedap langsung menyeruak kala masuk ke rumah berlantai semen yang telah pecah itu. Rumah bak gubuk itu bisa dibilang tak layak huni, karena kondisi yang kumuh.
ADVERTISEMENT
Bertahun-tahun tak bertemu ibunya, Cindy mengaku rindu mendalam dengan sang ibu. Kerap kali ungkapan rindu keluar dari gadis berusia 6 tahun itu. Untuk bertemu dengan ibunya, Cindy pun diantar oleh seorang bidan untuk bertemu dengan ibunya di panti rehabilitasi.
Parimin mengungkapkan, semasa Cindy masih bayi, sang Ayah mengaku izin untuk pergi ke Jakarta. Namun hingga usia Cindy memasuki bangku TK, tidak ada kabar apa pun dari sang ayah.
“Pamitnya ke Jakarta. Tapi sampai sekarang nggak balik (pulang),” ujar Parimin.
Parimin sendiri hanya bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka bertiga. Uluran bantuan dari warga serta pemerintah pun membantu keluarga ini untuk tetap menyambung hidup.
Tak muluk-muluk, harapan terbesar dari kakek dan nenek adalah Cindy bisa sekolah tanpa harus memikirkan bagaimana biayanya. Keduanya mengaku bahagia bisa melihat Cindy sekolah dan bermain bersama teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Sing penting iso sekolah. (yang penting bisa sekolah),” kata Tukiyem, Rabu (13/3). (asa/adn)
Melihat kehidupan keluarga yang kurang layak ini, kumparan berinisiatif menggalang dana untuk membantu keluarga Pak Cokro Parimin dan Cindy.
Mari bantu Cindy dan kakek-neneknya meringankan beban hidupnya dengan cara,
1. Klik "Donasi Sekarang".
2. Masukkan nominal donasi.
3. Pilih metode pembayaran (GO-PAY/Dompet Kebaikan/BCA/BNI/BNI Syariah/BRI/Mandiri/Kartu Kredit).
Jangan lupa sebarkan berita ini agar lebih banyak orang yang mau membantu Cindy dan kakek-neneknya untuk dapat hidup lebih layak.