Ormas Gelar Aksi Unjuk Rasa Tanggapi RUU HIP di Titik Nol Kilometer Yogyakarta

Konten Media Partner
29 Juni 2020 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi unjuk rasa di titik nol kilometer Yogyakarta merespons RUU HIP, Senin (29/6/2020). Foto: Ren
zoom-in-whitePerbesar
Aksi unjuk rasa di titik nol kilometer Yogyakarta merespons RUU HIP, Senin (29/6/2020). Foto: Ren
ADVERTISEMENT
Puluhan massa berkumpul di titik nol kilometer Yogyakarta sambil membawa poster bergambar Bung Karno, Senin (29/6/2020). Diketahui massa ini tergabung dalam Front Marhaenis DIY yang menyikapi Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP).
ADVERTISEMENT
Anggota Front Marhaenis DIY, Adi Lobo, menyampaikan bahwa unjuk rasa ini merupakan respons atas tindakan pihak yang menunggangi isu RUU HIP di tengah pandemi COVID-19. Ia mengatakan bahwa pihak tersebut harus membaca ulang pidato Bung Karno soal lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945.
“Orang meributkan lagi tentang trisila dan ekasila yang namanya kemudia jadi gotong royong. Belajarlah pidato bung karno, apa makna gotong royong, apa makna trisila, apa makna Pancasila. Bangsa ini sudah punya budaya yang sudah ada sejak dulu dan sampai sekarang masih yaitu gotong royong,” tutur Adi Lobo.
Gotong royong ini bahkan masih terasa nyata sekarang ini. Masyarakat sudah secara spontan untuk bergotong royong. Ketika ada orang yang mengalami kesusahan, masyarakat secara spontan membantu mereka yang kesusahan. Hal ini semakin terasa di tengah pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Ia menegaskan bahwa konsep Pancasila sudah disepakati bersama oleh para Bapak Bangsa dan menjadi ideologi Indonesia. Sehingga, ia meminta masyarakat untuk memahami dengan sungguh-sungguh tiap sila yang terkandung dalam Pancasila.
Aksi unjuk rasa di titik nol kilometer Yogyakarta merespons RUU HIP, Senin (29/6/2020). Foto: Ren
“Pancasila sekali lagi tidak usah diutak-atik lagi. Yang penting adalah sekali lagi menjalankannya saja, piye carane ngelakokke sing apik dalam semua aspek,” tegasnya.
Dalam aksi ini, terdapat pula keranda yang bertuliskan HTI Khilafah dan Neo DI/TII. Adi Lobo menyampaikan bahwa hal tersebut adalah sebagai simbol saja. Ia pun mempertanyakan komunis yang dimaksud di Indonesia.
“Komunis yang dikatakan di Indonesia itu yang mana. Orang bilang bangkitnya komunis, saya pastikan ora mungkin bangkit. Karena kalau kita bicara orangnya wis akeh sing mati ora iso bangkit, kalau pahamnya yang mana? Akan tertolak dengan sendirinya,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
“Yang saya khawatirkan bangkitnya fundamen agama ini lho. Kenapa mereka bakar bendera komunis? Kenapa nggak cari siapa yang punya?” katanya.
Ia melanjutkan, masyarakat kini digiring pada pemahaman bahwa mengganggu khilafah sama dengan mengganggu orang Islam. Hal inilah yang menurutnya harus diluruskan.
“Mari kita waspadai fundamen agama, karena kita menolak, bangsa ini menolak komunisme, menolak kapitalisme, tapi juga menolak fundamental agama, karena kita ada di Pancasila sebagai dasar,” tegasnya.