Pengembangan Soft Skill Jadi Upaya Cegah Penggunaan Narkoba di Kalangan Pelajar

Konten Media Partner
30 Agustus 2021 14:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BNNP DIY, Brigjen Pol Andi Fairan, yang hadir dalam pelatihan pengembangan soft skill di SMP N 1 Wonosari, Gunungkidul. Foto: dok. BNNP DIY
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BNNP DIY, Brigjen Pol Andi Fairan, yang hadir dalam pelatihan pengembangan soft skill di SMP N 1 Wonosari, Gunungkidul. Foto: dok. BNNP DIY
ADVERTISEMENT
Di tahun 2019, DIY menduduki peringkat 5 untuk jumlah pengguna narkoba terbanyak di Indonesia. Hal ini tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi Badan Narkotika Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (BNNP DIY).
ADVERTISEMENT
Kepala BNNP DIY, Brigjen Pol Andi Fairan menjelaskan sekolah memiliki peran penting untuk mencegah siswanya terjerumus menggunakan narkoba. BNNP DIY berkunjung ke berbagai sekolah dan memberikan pemahaman pada guru dan siswa mengenai bahaya narkoba.
“Kemarin di SMP N 1 Wonosari, kita memberikan pemahaman pada guru-guru apa itu narkoba, dampaknya, dan cara masuknya ke sekolah. Sehingga guru bisa melindungi sekolahnya dari peredaran narkoba,” ujarnya.
Sekolah diharapkan bisa membentuk Satgas Anti Narkoba yang terdiri dari guru dan siswa untuk mencegah peredaran narkoba. Apalagi, peredaran narkoba kini tak hanya menyasar usia produktif, tetapi juga usia pelajar.
“Bukan lagi perkuliahan, tetapi SMA bahkan SMP ada juga SD. Kalau kita lihat usia, 11 tahun sudah banyak anak-anak kita yang pakai narkoba,” ujar Penyuluh Narkoba BNNP DIY, Herlina Rahmawati.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran ini memicu BNNP DIY untuk lebih memperhatikan pelajar pada ancaman penggunaan narkoba. Ada berbagai macam faktor yang memengaruhi seorang pelajar menggunakan narkoba.
BNNP DIY memiliki program screening, intervensi lapangan di mana petugas akan mendatangi sekolah untuk meninjau langsung kemungkinan ancaman peredaran narkoba. Ternyata, masih ada sekolah di DIY yang rawan akan siswanya menggunakan narkoba.
“Di beberapa sekolah cukup rawan. Mungkin guru tidak bisa mendeteksi. Tapi setelah temen-temen ke lapangan ini ada kecenderungan secara psikologis mereka memakai (narkoba),” lanjutnya.
Kepala BNNP DIY, Brigjen Pol Andi Fairan (kiri), berfoto bersama dengan peserta pelatihan pengembangan soft skill di SMP N 1 Wonosari, Gunungkidul. Foto: dok. BNNP DIY
Pergaulan yang kurang diawasi hingga kemajuan teknologi kerap menjadi batu sandungan para pelajar untuk mengakses informasi soal peredaran narkoba. Adanya jual beli online juga memperbesar kemungkinan pelajar terpapar dan mengenal narkoba. Kerap kali pelajar memiliki rasa penasaran akan narkoba. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan pengetahuan bahwa penggunaan narkoba adalah hal yang berbahaya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kemampuan sekolah untuk membuat kebijakan yang bisa mencegah siswanya menggunakan narkoba. Contohnya adalah memasukkan materi narkoba di berbagai mata pelajaran. Tidak hanya dalam mata pelajaran PPKN saja, tetapi juga mata pelajaran yang lain.
“Kita berikan daya tangkal, daya cegah, dan daya lawan pada anak-anak itu tujuannya untuk cegah mereka menggunakan narkoba,” ujarnya.
Adapun pengembangan softskill yang diberikan, yang pertama adalah Self Regulation. Di sini, pelajar memiliki dasar yang kuat untuk tidak menggunakan narkoba. Mulai dari pengetahuan akan bahaya, tersandung hukum, dan lain sebagainya.
Yang kedua adalah Assertiveness, yang merupakan aspek komunikasi untuk mengatakan ya dan tidak. Mengatakan ya untuk hal positif dan tidak untuk hal yang negatif. Terakhir adalah Reaching Out, di mana pelajar bisa kembangkan diri dan memastikan tidak lari ke narkoba saat merasa stress.
ADVERTISEMENT