Peringati Hari Nyepi, 10 Pelukis Abadikan Momen 'Prambanan Dalam Sunyi'

Konten Media Partner
11 Maret 2024 16:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah seorang pelukis sedang menggambar suasana Candi Prambanan di Hari Raya Nyepi. Foto: M Wulan
zoom-in-whitePerbesar
Salah seorang pelukis sedang menggambar suasana Candi Prambanan di Hari Raya Nyepi. Foto: M Wulan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suasana cukup berbeda tampak di kawasan wisata Candi Prambanan Yogyakarta. Jika biasanya ribuan wisatawan dari berbagai daerah memadati destinasi itu untuk berwisata, saat ini, seluruh operasional yang ada disana dihentikan termasuk tidak adanya kunjungan wisata.
ADVERTISEMENT
Hal ini dilakukan sebagai wujud toleransi sekaligus untuk menghormati umat Hindu yang memperingati Hari Raya Nyepi. General Manager Prambanan & Ratu Boko PT TWC I Gusti Putu Ngurah Sedana mengatakan penutupan itu berlangsung selama satu hari penuh yang telah dimulai pada Senin (11/3) pukul 05.00 WIB hingga 24.00 WIB.
Penutupan di kawasan Candi Prambanan ini juga dijaga oleh "pecalang" berupa prajurit bregada yang disesuaikan dengan kearifan lokal serta prajurit berkuda dari Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka melakukan penjagaan di tiga titik pintu masuk kawasan Candi Prambanan, yakni di pintu Selatan, pintu Timur, dan pintu Utara.
"Kami dari pihak TWC saat ini melakukan program Prambanan Dalam Sunyi. Di momen tersebut kami menutup operasional destinasi Taman Wisata Candi Prambanan," ujar General Manager Prambanan & Ratu Boko PT TWC I Gusti Putu Ngurah Sedana, Senin (11/3/2024).
ADVERTISEMENT
Kata dia, tak hanya kunjungan wisata saja yang tiada, berbagai aturan saat merayakan Hari Raya Nyepi yakni amati geni, amati lelanguan, amati lelungan, dan amati karya juga diterapkan oleh pihaknya.
Ia menjelaskan amati geni menjadi pantangan bagi umat Hindu untuk menyalakan api, listrik, cahaya, atau unsur lain yang identik dengan sifat amarah seperti api. Sehingga aturan ini diterapkan dengan penantian listrik di seluruh kawasan Candi Prambanan.
Selanjutnya, amati lelanguan adalah larangan untuk berfoya-foya atau bersenang-senang secara berlebihan saat perayaan Nyepi. Larangan ketiga adalah amati lelungan, yaitu larangan bepergian sekaligus anjuran untuk berdiam di dalam rumah Adapun larangan keempat, amati karya, dimana larangan untuk bekerja selama Hari Raya Nyepi. Larangan ini berlaku selama 24 jam sehingga Candi Prambanan hari ini dapat bernafas lega dari hiruk-pikuk kehidupan.
ADVERTISEMENT
"Jadi seluruh teman-teman karyawan yang ada disini termasuk teman-teman dari pengkios juga libur total, tidak aktivitas sama sekali. Kecuali teman-teman yang melakukan pekerjaan kebersihan," jelas dia.
Salah satu anggota Bregada Mantrijeron, Tian Juniardo yang turut melakukan penjagaan di pintu masuk Candi Prambanan mengatakan, kelompok Bregada Mantrijeron sangat mendukung kegiatan Prambanan Dalam Sunyi ini karena merupakan bentuk penghormatan dan toleransi.
Ini kali kedua, dirinya berpartisipasi dalam menjaga Candi Prambanan saat Hari Raya Nyepi.
"Kita ikut jaga budaya, jadi kalau kemarin kemarin belum ada, yang tahun kemarin sudah mulai. Disini kalau menyatukan budaya kan itu baik. Kita menjaga dari terbitnya matahari sampai terbenamnya matahari, sekitar 12 jam," kata dia.
Lantaran jarang terjadi, momen ini rupanya juga diabadikan oleh PT TWC dengan menggandeng 9 pelukis. Mereka adalah Teuku Shabir, Rahmat Qadriyanto, Gaga, Difda Ainul Hakim, Haris irfanudin, Rubina Stevia Laiqa, Nikita Valencia Laiqa, Hudzaifah, Yovanka Al-Farugh Maylovantino dan pelukis lokal dari Prambanan, Pak Pengging.
ADVERTISEMENT
Masing-masing dari mereka akan menggambarkan bagaimana Prambanan dengan kesunyiannya itu melalui sketsa gambar yang akan merekam nuansa 'Prambanan dalam Sunyi'.
Saat dijumpai, Syakil, mahasiswa jurusan Pendidikan Seni UNY yang turut serta dalam kegiatan melukis ini mengaku kagum dengan Candi Prambanan. Kata dia, suasana Prambanan Dalam Sunyi itu jarang terjadi sehingga ia ingin mengabadikan momen tersebut dalam karya lukisannya.
"Saya akan mencoba menghadirkan Prambanan dalam sunyi dengan aliran surialis," tandasnya.
(M Wulan)