Peternakan Sapi Perah Pernah Berjaya di Era Kolonial Belanda

Konten Media Partner
14 Desember 2019 13:55 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hendro Harijogi Poedjono, Direktur dan Corporate Affairs and Agro Blue Waves Group Singapore, saat berikan materi di Seminar Nasional Pertanian Maju Alumni Pulang Kampus 2019 di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta (UPNVY), Sabtu (14/12/2019). Foto: Ayu.
zoom-in-whitePerbesar
Hendro Harijogi Poedjono, Direktur dan Corporate Affairs and Agro Blue Waves Group Singapore, saat berikan materi di Seminar Nasional Pertanian Maju Alumni Pulang Kampus 2019 di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta (UPNVY), Sabtu (14/12/2019). Foto: Ayu.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peternakan adalah kegiatan perkembang biakkan dan pemeliharaan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Hewan yang banyak diternakkan di antaranya sapi, ayam, kambing, domba, dan babi. Hasil peternakan di antaranya daging, susu, telur, dan bahan pakaian (seperti wol). Selain itu, kotoran hewan dapat menyuburkan tanah dan tenaga hewan dapat digunakan sebagai sarana transportasi dan untuk membajak tanah.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, peternakan sapi perah di Indonesia belum menjadi prioritas utama bagi pemerintah. Padahal dulu Indonesia pernah punya peternakan sapi paling luas pada masa kolonial Belanda.
Direktur dan Corporate Affairs and Agro Blue Waves Group Singapore, Hendro Harijogi Poedjono, mengatakan bahwa dulu peternakan sapi perah pernah mengalami masa jayanya di era kolonial Belanda.
"Pada masa itu susu hanya dikonsumsi oleh masyarakat Belanda, sedangkan orang Indonesia tidak mengonsumsi susu karena selain distribusi susu yang terbatas pada waktu itu, orang menggunakan susu untuk memasak kari sebelum digantikan santan kelapa," kata Hendro pada acara Seminar Alumni Pertanian Maju di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Yogyakarta, Sabtu (14/12/2019).
Menurut pria yang pernah menjabat sebagai Human Resources Director di PT. Frische Flag Indonesia ini, waktu itu sapi perah bukan barang baru di Indonesia pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Namun pada waktu itu susu hanya dikonsumsi oleh masyarakat Belanda dan kaum elit di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Jadi pada waktu itu, orang Belanda yang mempunyai usaha peternakan sapi perah itu kaya raya, bahkan makmur. Jadi peternakan (sapi perah) di Indonesia itu awalnya memasok susu ke militer untuk memberi asupan nutrisi bagi tentara Belanda," ucapnya.
Maka tidak heran pada waktu itu banyak sekali peternakan sapi perah di sekitar markas militer Belanda. Baik di Magelang, Salatiga, Malang, dan Bandung.
"Sampai hari ini masih ada sentra-sentra peternakan sapi perah dan susu di Indonesia masih di situ-situ saja. Seperti di Kecamatan Pengalengan di Bandung, Malang, Salatiga. Itu berada di daerah-daerah sekitar markas Belanda," kata Hendro.
Selain itu, lanjut Hendro, kejayaan peternakan sapi perah pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 ini juga memicu awal mula susu kental manis pada masa kolonial Belanda.
ADVERTISEMENT
"Jadi susu kental manis diperkenalkan pada masa kolonial Belanda karena susunya dicampur dengan gula dan bisa ditransport selama berbulan-bulan. Karena overproduce, maka dikirimlah pasokan susu kental manis lebih banyak ke daerah-daerah pada zaman itu," katanya. (Ayu)