PLN Tingkatkan Kapasitas Pembangkit Energi Baru Terbarukan dengan Co-Firing

Konten Media Partner
26 Februari 2021 13:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses Co-Firing yang dilakukan PLN. Foto: dok. PLN
zoom-in-whitePerbesar
Proses Co-Firing yang dilakukan PLN. Foto: dok. PLN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PLN telah menargetkan peningkatan kapasitas Pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi 16 Giga Watt di tahun 2024 mendatang. Berbagai upaya mulai dilakukan untuk merealisasikan hal ini. Salah satunya adalah dengan melakukan uji coba co-firing pada 26 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, Co-Firing merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batubara di PLTU. Rencananya, PLN akan melakukan Co-Firing di 52 lokasi PLTU Batubara eksisting hingga tahun 2024.
Hingga kini, PLN telah menguji coba di 26 unit PLTU di Indonesia. Angka ini akan bertambah seiring berjalannya waktu. Sebanyak 7 (tujuh) di antaranya telah berhasil beroperasi secara komersial, yakni, PLTU Paiton, Ciranjang, Ketapang, Sanggau, Pacitan, Suralaya dan Anggrek. PLN menargetkan sebanyak 23 unit PLTU dapat beroperasi secara komersial.
adv
Salah satu PLTU yang telah berhasil dilakukan uji co-firing adalah PLTU Asam Asam. PLTU ini merupakan penyuplai listrik besar di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
PLTU Asam Asam, penyuplai listrik besar di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Foto: dok. PLN
Hasil pengujian pun memuaskan, Parameter operasional peralatan tetap aman selama masa ujicoba dan emisi yang dihasilkan masih dibawah Baku Mutu Emis sesuai Permen KLHK No. 15 Tahun 2019.
ADVERTISEMENT
“Harapannya setelah melihat hasil evaluasi pelaksanaan ujicoba co-firing ini, ke depannya PLTU Asam Asam dapat melanjutkan cofiring ke tahap komersil, sehingga dapat mendukung secara penuh Program Transformasi PLN dalam aspek Green,” ujar Executive Vice President Corporate Communications & CSR PLN, Agung Murdifi.
Pembangkit EBT menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan. Gas Rumah Kaca (GRK) dan polutan seperti SO2, NOx, particulate matter, serta merkuri yang dihasilkan energi baru terbarukan lebih kecil dibandingkan energi fossil.
Penelitian ilmiah membuktikan, bahwa GRK berkontribusi terhadap pemanasan global dan perubahan iklim, sedangkan polutan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Pengoperasian pembangkit EBT menjadi salah satu solusi dalam mengurangi dampak negatif tersebut.
ADVERTISEMENT
PLN akan terus berkomitmen untuk mendukung penuh penggunaan energi yang ramah lingkungan guna membantu menciptakan lingkungan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.