Pondok Pesantren Diminta Bendung Radikalisme

Konten Media Partner
10 Oktober 2018 17:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pondok Pesantren Diminta Bendung Radikalisme
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin mensinyalir, gerakan paham radikalisme saat ini tengah mencoba mengganggu kehidupan beragama dan berbangsa di Indonesia. Hal ini terindikasi dengan sejumlah isu agama yang kerap menjadi bahan politisasi.
ADVERTISEMENT
Lukman pun meminta agar seluruh elemen bangsa terutama kalangan pondok pesantren mampu memberikan respon yang positif pada sejumlah problem keagamaan dan kemasyarakatan di Indonesia.
“Islam yang diajarkan kepada kita adalah wajah yang wasatiyah (moderat) yang senantiasa menjunjung tinggi nilai kebangsaan,” kata Menteri Agama saat membuka Muktamar Pemikiran Santri Nusantara di Pondok Pesantren Ali Maksum, Krapyak, Yogyakarta, Rabu (10/10).
Muktamar yang diikuti oleh para pengasuh, pemikir, dan pemerhati pesantren se-Indonesia ini menjadi bagian dari kegiatan Hari Santri 2018 yang diprakarsai oleh Kementerian Agama RI. Di hadapan para pengasuh pondok pesantren seluruh Indonesia, Lukman mengungkapkan kekhawatirannya bahwa era globalisasi akan menghadapkan muslim Indonesia pada pandangan yang cenderung ekstrim dan berlebihan.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu Muktamar Pemikiran Santri Nusantara ini dibuat sebagai bentuk upaya pemerintah untuk menfasilitasi agar para santri sebagai suatu komunitas besar dan berpengaruh bisa memberikan manfaat yang jelas kepada masyarakat luas. Untuk itu mereka perlu forum reguler yang berkesinambungan dan rutin untuk bersilaturahmi dan silatul fikri yang menghasilkan pemikiran baru bagi bangsa Indonesia.
Pemikiran-pemikiran pesantren yang selama ini menjadi tradisi keislaman sudah sepatutnya diberikan wadah berupa forum yang direncanakan dengan baik secara terstruktur dan sistematis.
“Hanya dengan berkontribusi kepada masyarakat, eksistensi pondok pesantren bisa terjaga” ujar Lukman.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI, Kamaruddin Amin, yang turut hadir dalam acara itu menambahkan, kegiatan hari santri diarahkan untuk menstimulasi kemajuan pesantren sebagai tulang punggung keberagamaan dan keindonesiaan. Untuk itulah Muktamar ini megambil tema “Islam, Kearifan Lokal dan Tantangan Kontemporer”.
ADVERTISEMENT
“Persoalan kebangsaan dan keagamaan dewasa semakin kompleks,” katanya.
Menurut Kamaruddin, menguatnya gerakan radikalisme, ekstremisme hingga ideologi Islam transnasional semakin mendistorsi pemahaman keagamaan di Indonesia. Maka dari itu pengarusutamaan pesantren sebagai subkultur perlu ditingkatkan dengan mendayagunakan kaum santri dalam mengukuhkan identitasnya sebagai agen perubahan sosial.
Pesantren adalah entitas keislaman asli Indonesia yang moderat dan tak terjebak dalam dualisme tekstualisme dan liberalisme. Untuk itu pesantren merupakan aset bangsa yang berperan signifikan dalam menjaga persatuan Indonesia.
Dalam muktamar ini juga akan diselenggarakan forum-forum diskusi yang akan mempresentasikan 170 paper dari pesantren, mahasiswa, akademisi, dan peneliti keislaman yang membahas fenomena keislaman keikinian dalam kaitannya dengan pesantren.
Orasi Kebudayaan Dan Malam Kebudayaan Muktamar ini pada Rabu (10/10) petang akan diawali dengan orasi kebudayaan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan dilanjutkan para panelis, diantaranya tiga pemerhati studi Islam asing, yaitu Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Muazzam Malik, Official Director Leiden University, Marrio Ballen, dan Guru Besar Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Syekh Bilal Mahmud Ghanim.
ADVERTISEMENT
Sejumlah tokoh akan hadir pada malam kebudayaan pesantren dan festival sorban dan pegon kyai, yang juga digelar di Pesantren Krapyak Yogyakarta. Di antara yang akan memberikan orasi pada acara malam kebudayaan adalah Ketua Umum PPP Romahurmuzy, Novelis Helvy Tiana Rosa, novelis Habiburrahman El-Shirazy, Musisi budayawan Candra Malik, dan Inayah Abdurrahman Wahid. (atx/adn)