Romahurmuziy Pertanyakan Pengetahuan Sejarah Islam Amien Rais

Konten Media Partner
23 Februari 2019 20:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
M Romahurmuzy, Ketua Umum PPP, saat diwawancarai di Yogyakarta, Sabtu (23/2/2019). Foto: erl
zoom-in-whitePerbesar
M Romahurmuzy, Ketua Umum PPP, saat diwawancarai di Yogyakarta, Sabtu (23/2/2019). Foto: erl
ADVERTISEMENT
Ketua umum PPP, M Romahurmuzy, mengaku heran dengan ungkapan Neno Warisman yang mengatakan Pemilihan Presiden kali ini layaknya perang Badar. Perang umat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup.
ADVERTISEMENT
Menurut Romi, Makom Neno Warisman tersebut sangat jauh dengan Makom Nabi Muhammad SAW. Sehingga ketika Neno Warisman menyikir doa Nabi Muhammad SAW yang memang itu dilakukan pada saat perang Badar di mana Nabi berdoa seandainya umat Islam kalah dalam perang tersebut maka siapa lagi yang akan menyembah Alloh.
"Betul itu doa Baginda Nabi saat perang Badar. Namun ketika digunakan dalam instalasi politik yang jelas Munajat 212 itu tokoh-tokoh politik semua menjadi sangat-sangat tidak tepat dan politisasi agama secara membabibuta," katanya, Sabtu (23/2/2019).
Romi menandaskan dirinya hanya ingin mengingatkan saja jika politisasi agama dilakukan secara membabibuta maka akan merendahkan umat itu sendiri. Ia masih ingat ketika Amin Rais mengatakan konstelasi politik dalam Pilpres kali ini adalah layaknya perang badar.
ADVERTISEMENT
"Perang badar apa, wong sama-sama partisan kok perang badar. Ini tahu sejarah Islam apa tidak,"ujarnya
Kendati terus diserang, namun Romi mengatakan pasangan nomor urut 01 akan tetap berpolitik secara santun. Karena masyarakat saat ini membutuhkan konstetansi yang aman, sejuk dan damai. Jika para pasangan calon presiden nomor 02 hobinya menyerang dan menjelek-jelekkan maka menurut Romi karena memang yang bisa dilakukan oleh mereka seperti itu.
Sebagai kontestan, pasangan Prabowo-Sandi tidak memiliki prestasi apapun, berbuatpun belum. Maka wajar jika yang mereka lakukan adalah menyerang pasangan 01 yaitu dengan mengklaim-klaim saja. Jika pasangan nomor urut 02 melakukan klaim, maka sudah seharusnya pasangan nomor urut 01 melakukan perlawanan.
"Ketika mereka mengklaim banyak dibela ulama, ulama yang mana. Wong ulamanya lebih banyak di sini kok mereka mengklaim,"ujarnya heran.
ADVERTISEMENT
Ia ingin menandaskan jika Pilpres ini hanyalah pertarungan biasa karena ketika di antara pasangan nomor urut 01 ada yang benar maka di pasangan 02 juga ada yang benar. Ketika di pasangan nomor urut 02 ada ulama maka di pasangan nomor urut 01 juga ada ulama. Ia mengajak untuk bersaing dengan benar dan secara sehat.
Ia mengaja agar tidak mengintimidasi masyarakat dengan konstalasi negatif sehingga membuat rakyat semakin resah. Ia khawatir jika hal tersebut terus dilakukan maka partisipasi pemilih yang sebelumnya mencapai 75 persen akan turun karena kekhawatiran rakyat akan hasil pemilihan akan mendapatkan pemimpin yang jelek gara-gara konstelasi negatif tersebut.
"Seorang pemimpin harusnya membangun mimpi rakyat bukan menakut-nakuti rakyat,"tegasnya.(erl)
ADVERTISEMENT