Sowan ke Ponpes Jogja, Komisi HAK Ingin Perkuat Kebersamaan Pasca Pemilu 2024

Konten Media Partner
15 April 2024 8:29 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kunjungan Komisi Hubungan Antar Keagamaan dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan Jogja Barat ke Pondok Pesantren Pandanaran Yogyakarta, Minggu (14/4/2024). Foto: M Wulan
zoom-in-whitePerbesar
Kunjungan Komisi Hubungan Antar Keagamaan dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan Jogja Barat ke Pondok Pesantren Pandanaran Yogyakarta, Minggu (14/4/2024). Foto: M Wulan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Idul Fitri menjadi salah satu momen yang tepat untuk bersilaturahmi, tak terkecuali untuk merajut persaudaraan sekaligus kerukunan di antara umat beragama.
ADVERTISEMENT
Meski sudah memasuki H+5 lebaran, masih banyak yang memanfaatkan momen tersebut untuk saling berkunjung, salah satunya turut dilakukan Komisi Hubungan Antar Keagamaan dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan Jogja Barat yang saat ini berkunjung dan sowan ke Pondok Pesantren Pandanaran Yogyakarta.
Bagi mereka, lebaran bukan hanya sekadar perayaan agama, tetapi juga menjadi kesempatan baik untuk berkumpul bersama merayakan kebahagiaan, dan mempererat hubungan antar umat beragama. Begitu lah kira-kira yang disampaikan oleh Ketua Komisi Hubungan Antar Keagamaan dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan Jogja Barat, Romo Yohanes Iswahyudi.
"Kunjungan ini juga bertepatan dengan hari raya Idul Fitri sehingga kami sowan," ujar Ketua Komisi Hubungan Antar Keagamaan dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan Jogja Barat, Romo Yohanes Iswahyudi, Minggu (14/4/2024).
Kunjungan Komisi Hubungan Antar Keagamaan dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan Jogja Barat ke Pondok Pesantren Pandanaran Yogyakarta, Minggu (14/4/2024). Foto: M Wulan

Selalu Kunjungi Umat Beragama

Romo Iswahyudi mengatakan pihaknya selalu rutin melakukan silahturahmi terhadap umat beragama. Hal itu selalu dijadwalkan setiap momen Hari Besar Keagamaan masing-masing.
ADVERTISEMENT
Seperti umat Kristen dan Katolik di peringatan Natal, Paskah, lalu mengunjungi umat Hindu di peringatan Nyepi, termasuk umat Buddha di hari Waisak.
Ia menyakini silahturahmi akan menjadi cara terbaik untuk merajut kebersamaan. Pasalnya di momen ini menjadi waktu yang tepat untuk berkunjung yang mungkin tidak sempat bertemu sehari-hari.
"Ini menjadi (rutinitas) kunjungan bersama ke saudara-saudara yang berbeda keyakinan. Ada Islam, ada Hindu, ada Buddha, itu satu tahun ada semua," cerita dia.

Memaknai Keberagaman Dalam Fenomena War Takjil

Lantas bagaimana mereka memaknai Keberagaman umat beragama itu? Saat disinggung soal adanya antusias masyarakat non Muslim yang ikut meramaikan dunia pertakjilan rupanya menjadi hal yang menarik juga bagi Romo Iswahyudi.
Sejatinya tren ini merupakan kegiatan berburu takjil menjelang bulan puasa. Namun, ini booming setelah antusiasme merebak di kalangan umat beragama. Banyak umat non Muslim bahkan mulai memburu takjil sejak siang hari demi mendapatkan pilihan makanan dan minuman yang masih lengkap.
ADVERTISEMENT
Bagi dia, ini melambangkan adanya kerukunan satu sama lain, meskipun masyarakat sempat diwarnai ketegangan pasca pengumuman hasil Pemilu 2024 itu.
"Kita satu bangsa beraneka macam, sangat-sangat majemuk, maka diperlukan bergandengan tangan untuk membangun negeri ini," ucap dia.
"War takjil menjadi fenomena yang menunjukkan kebersamaan meski berbeda-beda yang memaknainya," ucap dia.

Ponpes Sunan Pandanaran Jogja Akui Sering Terima Kunjungan

Sementara Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, Quowwam Hassan pun menyambut baik kunjungan yang dilakukan oleh Komisi HAK tersebut.
Pihaknya selalu terbuka untuk siapa saja yang ingin sowan, berdiskusi sekaligus menjalin hubungan yang berkaitan dengan kerukunan di antara umat beragama. Bahkan banyak rombongan yang sudah diterima berkunjung oleh mereka di Ponpes tersebut.
ADVERTISEMENT
"Tentunya sangat senang sekali dengan adanya kunjungan dari rombongan ke pondok pesantren Pandanaran. Bagaimana pun caranya harus rukun, karena kita tidak bisa kalau hidup secara sendiri-sendiri, sedangkan kita hidup itu secara bersama-sama," kata Quowwam.
Quowwam pun ikut menanggapi indahnya kerukunan yang terjadi selama momen Ramadhan itu. Kata dia, maraknya war takjil yang memperlihatkan antusias dari umat beragama selain Islam itu menjadi salah satu celah positif untuk merajut kebersamaan.
"Ada celah-celah dimana itu bisa menyatukan kita, seperti war takjil itu. Ada sisi-sisi positif di mana kita ambil tanpa kita mengganggu ranah ibadah masing-masing. Seperti ada yang bilang kemarin untukmu agamamu itu tetapi war takjil untuk bersama-sama. Itukan indah sekali," pungkasnya.
(M Wulan)
ADVERTISEMENT